JOGJA – Selama libur lebaran lalu, jumlah wisatawan yang berlibur ke Kota Jogja mencapai 113.822 orang. Terdiri dari 2.603 orang wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan domestik sebanyak 86.508.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja Maryustion Tonang mengatakan, beberapa atraksi wisata yang digelar cukup menarik minat wisatawan. Salah satunya dia mencontohkan seperti uji coba kawasan semipedestrian Malioboro selasa (18/6).
“Dengan adanya program selasa wage dan Rabu uji coba semipedestrian Malioboro bebas dari kendaraan bermotor. Ditambah dengan atraksi budaya untuk daya dukung budaya Jogja sebagai daya tarik wisata ini sangat baik,” paparnya saat di temui di salah satu hotel di Kota Jogja Rabu (19/6).
Menurut dia, Kota Jogja juga akan terus berbenah dalam mengelola pariwisata. Itu agar pariwisata yang ada di kota Jogja semakin banyak dikunjungi wisatawan. Diakuinya, pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan terkait dengan atraksi wisata. “Untuk memperlama tinggal wisatawan di Kota Jogja,” tuturnya.
Sedang Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi mengatakan Jogja sebagai kota yang masih dan terus menjadi daya tarik wisata akan terus membenahi diri untuk menjadi destinasi wisata dan budaya yang khas.
“Harapannya Kota Jogja bisa memunculkan khas Jogjanya. Supaya wisatawan merasakan perbedaan dari tempat-tempat lain dengan kekhasan Jogja,” ujar HP.
HP berpesan, karakter Jogja jangan sampai dihilangkan. “Pasar-pasar bangunan kami kembalikan pada bentuk aslinya, biar unsur Jogjanya masih keliatan,” katanya.
Selain itu, tambahnya, ada program Malioboro tiap selasa wage bebas dari kendaraan bermotor dan pedagang Kaki lima (PKL). Itu diharapkan akan memunculkan wisatawan baru dengan adanya pertunjukkan budaya disetiap selasa Wage. “Nantinya di Malioboro akan ada pertunjukan seni budaya di setiap selasa wage. Untuk menunjukkan keanekaragaman seni budaya Jogjakarta,” paparnya.
Menurut dia, kedepan kawasan Malioboro akan diisi dengan berbagai macam kelompok seni, dari tari, lukis maupun peragaan busana. “Namun kami masih memikirkan titik-titik yang bisa di pakai buat itu. Agar tidak membuat macet dan tetap bisa dinikmati wisatawan,” tuturnya.
HP juga berharap, untuk menjaga kekhasan Kota Jogja, para Jogoboro dan front office hotel untuk mengenakan pakaian khas Jogja. “Namun untuk pakaian ini ada dua pilihan mau yang pakem atau tidak, namun tidak menganjurkan yang campuran, misalnya pake blankon tapi pake celana,” tambahnya. (cr8/pra/er)