JOGJA – Literasi politik diperlukan bagi pemuda. Mendasari ini,  Pendidikan Politik Pemula telah dilaksanakan oleh para dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Keduanya adalah Erni Zuhriyati SS, SIP, MA dan Dian Eka Rahmawati, SIP, MSI.

Pengabdian diisi dengan materi tentang Urgensi Demokrasi dan Workshop Kepemiluan dengan pemateri David Efendi SIP, MSI dan Edward Pahlevi, SIP. Dari Pengabdian ini menfokuskan aktivitas pada penguatan kapasitas pemimpin organisasi dalam melakukan Pendidikan Politik Pemula di Ikatan Pelajar Muhammadiyah DIY.

Pelatihan tersebut berupaya untuk memberi wawasan tentang politik kepada para peserta yang nanti akan menjadi pendamping dalam aktifitas politik khususnya dalam melakukan upaya advokasi atau pemantauan terhadap Pemiliaan Umum Presiden dan Pemiliahan Umum Legislatif.

”Pendidikan Politik Pemula di Aula PP Muhammadiyah dihadiri oleh 35 peserta, waktu pelaksanaan di-follow up pada Maret 2019,” ujar Erni Zuhriyati.

Menurutnya, di tengah arus demokratisasi dan kebebasan politik telah terjadi apatisme di kalangan pemilih pemula. Fenomena apatisme politik, yang dikenal dengan Golongan Putih (Golput) cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan demokrasi yang berkualitas. Hal ini dapat melumpuhkan demokrasi.  Untuk mengantisipasi dan memberi solusi atas penurunan partisipasi warganegara dalam menggunakan hak pilih maka perlu ditingkatkan program-program komunikasi sebagai bagian dari pendidikan politik yang menekankan pada dimensi kognitif dan perilaku.

”Karena itu, komunikasi memegang peran penting dalam setiap program-program pendidikan politik. Meningkatnya angka golput dalam setiap pelaksanaan Pemilu di Indonesia bisa disebabkan banyak faktor. Salah satunya adalah kualitas pendidikan politik kepada pemilih pemula,” jelasnya.

Partai politik dalam hal ini peserta Pemilu belum banyak terlibat dalam memberdayakan potensi Pemilih Pemula. Ada banyak faktor di antaranya adalah minimnya kesadaran dari partai politik bahwa mereka adalah potensi yang besar dalam mendulang perolehan suara. Keterlibatan mereka dalam konstalasi politik juga masih rendah sehingga interaksi mereka dengan partai politik memang masih rendah.

”Disamping itu belum banyak kader partai yang berasal dari pemilih pemula sehingga hal ini menyebabkan adanya disparitas antara aktifitas partai dengan minat bakat yang dimiliki oleh para pemilih pemula ini. Pengabdian diisi dengan materi tentang Urgensi Demokrasi dan Workshop Kepemiluan,” tambah Dian Eka Rahmawati.

Lebih lanjut, menurutnya, organisasi masyarakat mempunyai peluang dalam melakukan pendidikan politik untuk mengatasi kebuntuan pendidikan politik untuk pemilih pemula yang seharusnya dilakukan partai Politik dan KPU. Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah sebagai bagian Muhammadiyah yang mempunyai anggota pelajar Muhammadiyah dari sekitar 75 sekolah SMU Muhammadiyah se-Jogjakarta merupakan mitra strategis untuk memnggerakkan semangat kepedulian terhadap urgensi Pemilu yang cerdas dan berintegritas. Adapun Training of Trainers Pendidikan Politik Pemula di Ikatan Pelajar Muhammadiyah DIY ini akan melaksanakan pelatihan, pendampingan, pembekalan dan pemberdayaan sehingga menghasilkan relawan peduli Pemilu Berintegritas. (*/ila)