JOGJA – Yasmin Aifa Izzat Abqori terlihat mendalami perannya sebagai narator cerita. Bocaj tujuh tahun ini tanpa canggung menceritakan kisah Fufu dan Pencuri. Bermodalkan sebuah buku, dia bercerita kisah yang berlatarbelakangnya kehidupan laut.
Aksi siswi Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran Sleman ini merupakan rangakaian Liburan di Perpus Kota. Berupa kegiatan kerasi literasi anak. Sebanyak 60 anak usia lima hingga 10 tahun mengikuti rangkaian acara sejak 17 Juni.
“Ceritanya Fufu ini jenis ikan buntal, dapet perannya baca cerita dari awal sampai akhir. Enggak canggung, malah seneng karena dapat teman baru,” kata anak dari Fita Fatimah ini ditemui usai pentas di Perpustakaan Kota Jogja Kamis (20/6).
Meski baru pertama kali, namun Yasmin terlihat antusias. Beragam kegiatan dia ikuti secara telaten. Sebelum pentas, bersama teman-temannya dia membuat gelang dari botol bekas. Beberapa hari sebelumnya juga membuat batik jumputan, gerabah hingga kuda lumping dari janur kelapa.
Sang ibu Fita Fatimah, mengaku mendukung penuh kegiatan ini. Menurut dia Liburan di Perpus Kota adalah formula yang pas untuk mengisi masa libur. Tidak hanya sekadar bermain namun juga menumbuhkan kegemaran membaca.
“Sekolah libur selama 1,5 bulan pasti bingung kalau tidak ada kegiatan di rumah. Yasmin senang sekali bisa ikut, apalagi dapat teman baru. Dari seluruh kegiatan dia paling suka waktu menganyam kuda lumping dari janur kelapa,” kata warga Candi Dukuh Ngaglik Sleman ini.
Pustakawan Perpustakaan Kota Jogja Isti Wijayanti menilai budaya literasi tidak harus identik tekstual. Untuk menarik minat anak bisa dikemas dengan cara yang berbeda. Terpenting adalah esensi dan semangat literasi tetap tersampaikan.
Liburan di Perpus Kota merupakan inisiasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jogja. Selain kreasi literasi anak adapula junior smart camp dan movie maker. Seluruhnya melibatkan anak berbagai usia dari TK hingga jenjang SMP.
“Jadi 60 anak diajak untuk berkreasi dengan cara mereka sendiri. Seperti bagaimana membuat film sederhana. Nanti hasilnya ditonton bersama,” jelasnya.
Isti mengakui guna meningkatkan minat baca perlu kreativitas. Tidak hanya terpaku pada cara lama untuk mengenalkan dunia literasi. Pendekatan bisa sesuai dengan segmen usia. Termasuk mengemas dalam kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Bermain, lanjutnya, tergolong dalam bagian budaya literasi. Ini karena dalam tahapan bermain ada belajar. Seperti praktek membuat batik jumputan hingga gerabah tanah liat. Seluruhnya adalah tekstual yang dikonversikan dalam prakter berkarya.
“Selain menumbuhkan cinta literasi dan budaya nasional juga melatih rasa percaya diri anak. Bagaimana mereka berinteraksi kepada teman baru. Lalu bercerita dan pentas seni di depan teman-temannya,” katanya. (dwi/pra/er)