PEKAN Imunisasi Dunia (PID) sudah dimulai 24 hingga 30 April 2019. Hasil riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap (IDL) anak usia 12-23 bulan mengalami penurunan. Dari 59,2 persen  di 2013 menjadi 57,9 persen pada 2018. Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menunjukkan, sejak 2014-2016 terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi. Atau belum lengkap status imunisasinya.

Menurut konvensi hak anak meliputi hak atas kelangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas perlidungan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Semakin banyak anak yang diimunisasi maka semakin sedikit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai. Program imunisasi yang dilakukan pemerintah selama ini, menurut data Kemenkes, mampu mencegah kematian sekitar 2 hingga 3 juta anak pertahun.

Menurut UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014, anak memiliki hak untuk mendapatkan imunisasi.

Di sisi lain, ketakutan akan efek samping vaksinasi menjadi lebih dominan dibanding penyakitnya. Padahal akibat yang ditimbulkan oleh penyakit lebih membahayakan dan lebih menakutkan dibanding efek samping vaksinasi. Sampai saat ini penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dan bahkan di dunia. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan yang aman, paling cost effective dan bermanfaat untuk mencegah kematian dan meningkatkan kehidupan.

Berbagai jenis vaksin yang beredar di masyarakat sejak 10 tahun terakhir merupakan vaksin yang terjamin keamanan dan ampuh. Vaksin yang digunakan memiliki standar keamanan yang sama karena menggunakan standar internasional. Pada dasarnya vaksin dibagi menjadi vaksin hidup ( live attenuated vaccine) dan vaksin mati ( killed inactivated vaccine).

Vaksin hidup mempunyai efek menimbulkan kekebalan yang lebih tinggi dibanding vaksin mati dan efek kekebalan yang lebih lama, tetapi dapat menimbulkan reaksi simpang yang berat  seperti infeksi alami. Sedangkan vaksin mati memiliki keuntungan tidak memberikan reaksi simpang yang berat tetapi dapat menyebabkan reaksi simpang lokal. Para ahli sudah berupaya mengurangi reaksi simpang yang ditimbulkan, mencari antigen yang tepat dengan reakayasa genetik sehingga diperolah vaksin-vaksin dengan teknologi baru yang lebih aman seperti vaksin rekombinan, vaksin split, vaksin aselular, vaksin konjugasi, dan vaksin kombinasi.

Orangtua seringkali menanyakan bahan apa saja yang ada dalam vaksin?Semua vaksin mengandung antigen. Antigen membuat vaksin berfungsi. Mereka mendorong tubuh untuk menciptakan respons kekebalan yang diperlukan untuk melindungi terhadap infeksi. Antigen datang dalam beberapa bentuk. Bentuk yang digunakan dalam vaksin dipilih karena penelitian.

  • Virus hidup yang dilemahkan. Antigen pada vaksin ini terlalu lemah untuk menyebabkan penyakit tetapi masih bisa mendorong respon imun. Vaksin campak, gondong, rubela, rotavirus, cacar air, dan satu jenis influenza mengandung virus hidup yang dilemahkan.
  • Virus tidak aktif. Virus-virus ini bahkan tidak dapat menyebabkan bentuk penyakit yang ringan, tetapi tubuh masih mengenali virus dan menciptakan respons kekebalan untuk melindungi dirinya sendiri. Vaksin polio, hepatitis A, influenza dan rabies mengandung virus yang tidak aktif.
  • Virus parsial. Ini terdiri dari bagian spesifik dari virus yang mati yang akan mendorong respon imun protektif. Beberapa vaksin dibuat dengan cara ini termasuk vaksin hepatitis B dan HPV.
  • Bakteri sebagian. terdiri dari bagian spesifik dari bakteri mati yang akan mendorong respon imun protektif. Beberapa vaksin dibuat dengan cara ini termasuk vaksin Hib, pneumokokus, meningokokus, difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan).

Vaksin juga mengandung bahan-bahan lain, yang membantu membuatnya lebih aman dan lebih efektif. Bahan-bahan lain tersebut  meliputi :

  1. Mereka menjaga botol agar tidak terkontaminasi kuman.
  2. Mereka membantu tubuh menciptakan respons kekebalan yang lebih baik. Ini adalah garam aluminium.
  3. Mereka membantu vaksin tetap efektif saat disimpan. Aditif termasuk gelatin, albumin, sukrosa, laktosa, MSG dan glisin. Sisa dari proses produksi vaksin. Beberapa bahan dibutuhkan untuk membuat vaksin. Meskipun bahan-bahan ini dihilangkan, jumlah kecil (residu) tertinggal dalam produk akhir. Tergantung pada bagaimana vaksin dibuat, itu mungkin termasuk sejumlah kecil antibiotik (neomycin), protein telur atau protein ragi.

Kontraindikasi pemberian vaksin merupakan kondisi yang jarang, tetapi bila diabaikan dapat menimbulakan kejadian ikutan paska imunisasi yang serius.  Pada umumnya kontraindikasi bersifat sementara sehingga pemberian dapat diberikan pada kesempatan berikutnya. Kontra indikasi yang berlku untuk semua vaksin adalah riwayat alergi berat setelah pemberian vaksin sebelumnya. Kewaspadaan dperlukan namun bukan kontra indikasi absolut yang berakibat melewatkan peluang untuk diimunisasi.

Beberapa orang tua memilih untuk tidak mengimunisasi karena mereka tidak ingin mengambil risiko apa pun. Tetapi memilih untuk tidak mengimunisasi anak Anda bukan tanpa risiko. Anak Anda dapat tertular penyakit dan menderita masalah. Anak Anda dapat menularkan penyakit kepada orang lain, termasuk mereka yang mungkin sangat rentan, seperti bayi muda atau kerabat dengan masalah kekebalan tubuh (banyak pasien kanker, misalnya, tidak dapat diimunisasi). Dan anak harus tetap keluar dari penitipan anak atau sekolah selama wabah penyakit, bahkan jika dia tidak memiliki penyakit tersebut.

Anak Anda membutuhkan semua imunisasi berikut agar tetap sehat:

  1. Vaksin hepatitis A dan hepatitis B untuk membantu melindungi dari penyakit hati yang serius.
  2. Vaksin BCG untuk membantu melindungi dari penyakit tuberkulosis
  3. Vaksin rotavirus untuk membantu melindungi dari penyebab paling umum diare dan muntah pada bayi dan anak kecil (dan penyebab paling umum rawat inap pada bayi muda karena muntah dan diare).
  4. Vaksin DTaP membantu melindungi terhadap difteri, tetanus (lockjaw), dan pertusis (batuk rejan).
  5. Vaksin Hib untuk membantu melindungi terhadap Haemophilus influenzae tipe b (penyebab meningitis tulang belakang).
  6. Vaksin pneumokokus membantu melindungi terhadap meningitis bakteri dan infeksi darah.
  7. Vaksin polio membantu melindungi terhadap penyakit virus yang melumpuhkan yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
  8. Vaksin influenza membantu melindungi terhadap flu. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua orang yang mulai berusia 6 bulan ke atas
  9. Vaksin MR untuk membantu melindungi terhadap campak dan rubella (campak Jerman).
  10. Vaksin Varicella untuk membantu melindungi terhadap cacar air dan banyak komplikasinya termasuk strep pemakan daging, syok toksik staph, dan ensefalitis (peradangan otak).
  11. Vaksin meningokokus membantu melindungi terhadap penyakit bakteri yang sangat serius yang memengaruhi darah, otak, dan sumsum tulang belakang.
  12. Vaksin HPV (human papillomavirus) untuk mencegah infeksi virus pada remaja dan orang dewasa yang menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan, leher rahim, dan alat kelamin.(*/yog/fj)