JOGJA – Gerakan Global Gotong Royong atau G2R Tetrapreneur 2019 ini memasuki tahun kedua. Gerakan itu kali pertama diluncurkan pada 2018. Ada dua desa yang menjadi percontohan gerakan G2R Tetrapreneur yang diinisiasi Pemda DIY bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Percontohan itu ada di Desa Girirejo dan Wukirsari, Imogiri, Bantul.
G2R Tetrapreneur berbasis empat pilar. Terdiri atas rantai wirausaha, pasar wirausaha, kualitas wirausaha dan merk wirausaha. Dengan G2R Tetrapreneur diharapkan menjadi model kewirausahaan yang dapat mengangkat potensi desa .
Setelah melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan, produk-produk unggulan G2R Tetrapreneur diluncurkan di Jogja City Mall (JCM) Jalan Magelang, Mlati, Sleman pada 19 November 2018. Peluncuran dikemas dalam ekspose yang dilakukan oleh Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Perekonomian Moedji Rahardjo mewakili gubernur.
“Ekspose di JCM itu sesungguhnya pra launching. Peluncuran secara resmi kami lakukan akhir 2019 ini,” ungkap konseptor sekaligus tenaga ahli G2R Tetrapreneur Rika Fatimah di sela pelatihan lanjutan yang berlangsung di Hotel Tirta Sanita Jalan Pramuka, Yogyakarta, kemarin (26/6). Pelatihan lanjutan diikuti sejumlah warga dari Desa Girirejo dan Desa Wukirsari. Kegiatan ini difasilitasi Biro Pemberdayaan Masyarakat Setda DIY.
Rika yang sehari-hari pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini menerangkan, Desa Girirejo dan Wukirsari merupakan desa binaan yang telah melewati rantai wirausaha dan menghasilkan empat produk unggulan desa.
Meliputi ceriping pisang, ceriping gadung, wedang uwuh tradisional dan instant serta edu wisata. Tahun ini, kedua desa tersebut memasuki Tetra 2. Yakni penciptaan pasar non-kompetisi.
“Produk-produ G2R Tetrapreneur telah lolos kurasi di Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Itu produk badan usaha milik desa (BUMDES) pertama yang bisa menembus YIA,” ujar Rika.
Rika mengungkapkan kunci keberhasilan G2R Tetrapreneur adalah kebersamaaan masyarakat. “Kami itu sukses bareng-bareng, kaya bareng-bareng, maju juga bareng-bareng. Jangan sampai diri sendiri saja yang maju bisnisnya. Kita mau sekadar jualan saja, atau kita mau berbisnis dengan besar. Itu kuncinya juga hanya kita sendiri,” urainya.
Kini, pengembangan G2R Tetrapreneur diusung Dinas Koperasi dan UKM DIY. Lebih mengedepankan kebudayaan sebagai akar kewirausahaan. Dinamakan Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur Budaya.
Rika menambahkan, G2R Tetrapreneur Budaya akan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY dengan program adat, seni dan tradisi. G2R Tetrapreneur Budaya dilaksanakan di lima desa mandiri budaya. Kelima desa itu adalah Desa Bejiharjo dan Desa Putat, Gunungkidul, Desa Sabdodadi, Bantul. Desa Pagerharjo, Kulonprogo dan Desa Bangunkerto, Sleman. (kus/by)