Hanya keuletan dan ketelatenan yang jadi modal utama Kelompok Sampah Mandiri (KPSM) Bunda Mandiri. Selain pendapatan tambahan, ibu-ibu rumah tangga anggota KPSM itu juga berjasa terhadap lingkungan.

HENDRI UTOMO, Kulonprogo

DI halaman salah satu rumah di Pedukuhan Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo, tangan-tangan terampil itu berkreasi. Ibu-ibu rumah tangga di sekitar salah satu rumah itu saban hari mengolah berbagai jenis sampah nonorganik. Mulai botol plastik hingga kaleng bekas.

”Jadi kerajinan tangan,” tutur Isna di sekretariat Kelompok Pengolah Sampah Mandiri (KPSM) Bunda Mandiri, Jumat (5/7).

Di Dusun Banyunganti, volume sampah nonorganik memang belum sebanyak di wilayah perkotaan. Tapi, bagi Isna, sampah tetap sampah. Berpotensi mengganggu pemandangan dan lingkungan. Apalagi, sampah itu berupa botol plastik dan kaleng bekas. Yang sulit bahkan tak bisa didaur ulang.

BERKUALITAS: Produk berbahan sampah yang merambah pasar ekspor. (HENDRI UTOMO/RADAR JOGJA)

Ibarat sebelum nasi menjadi bubur, seperti yang lazim terjadi di wilayah perkotaan, Isna menggerakkan kaum perempuan di pedukuhannya. Membentuk KPSM Bunda Mandiri. Lengkap dengan bank sampahnya. Plus keterampilan tangan seluruh anggotanya. Sekretariatnya di salah satu rumah warga yang tangan-tangan terampil berkreasi itu.

Berbagai jenis limbah yang masuk di bank sampah dipilah. Nah, khusus sampah nonorganik dikumpulkan untuk dijadikan bahan kerajinan tangan.

Namun, ide-ide cemerlang Isna ini tak lahir begitu saja. Isna menularkan keterampilan menyulap berbagai sampah nonorganik itu setelah memperoleh pelatihan di Kota Jogja.

”Karena kami memiliki kelompok, maka saya berkesempatan mewakili kegiatan tersebut, dan hasilnya seperti saat ini,” ucapnya bangga.

Di sela perbincangan itu, Isna mengajak berkeliling. Sembari menunjukkan satu per satu hasta karya ibu-ibu rumah tangga itu. Salah satunya patung burung. Sekilas, hiasan ruangan rumah itu tak terlihat berbahan sampah. Yang terlihat justru seperti buatan tangan-tangan profesional.

Di Kulonprogo, karya tangan KPSM Bunda Mandiri cukup terkenal. Banyak yang membelinya sebagai hiasan rumah. Belakangan bahkan karya-karya mereka sukses masuk ke pasar DIJ.

”Juga telah diekspor,” katanya.

Bagi yang ingin meniru, Isna berpesan tidak ada yang sulit dalam memanfaatkan sampah nonorganik. Yang dibutuhkan hanya ketelatenan dan keuletan. Tak kalah penting lagi berhati-hati.

”Karena potongan-potongan kaleng ini bisa melukai tangan jika tidak hati-hati dalam proses pembuatannya. Tapi, kalau sudah jadi aman,” ujarnya.

Teknis pembuatan kerajinan tangan ini cukup sederhana. Diawali dengan memilih botol atau kaleng bekas yang kondisinya masih bagus. Berikutnya dipotong-potong mengikuti pola yang diinginkan. Setelah membentuk rumbai atau serat bermotif, yang perlu dilakukan adalah merangkainya. Sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

”Supaya lebih cantik kami beri variasi dalam proses finishing, kami bisa membuat flora dan fauna dari kaleng bekas,” jelasnya.

Seperti kerajinan tangan lainnya, KPSM Bunda Mandiri tidak mengandalkan mesin. Seluruh proses pembuatan dengan manual alias tangan. Jadi, harga produk handmade ibu-ibu rumah tangga ini cukup mahal. Harganya mulai Rp 35 ribu hingga Rp 700 ribu. Tergantung bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya.

”Seperti kain batik, kalau yang trlis tentu lebih mahal dibanding yang cap,” tuturnya.

Karena ide Isna, lingkungan di Pedukuhan Banyunganti Kidul bersih dari sampah nonorganik. Ibu-ibu rumah tangga di pedukuhan itu juga memiliki kreativitas dan memiliki pendapatan tambahan.

”Semua (anggota KPSM, Red) memiliki kreativitas. Kami hanya butuh menyatukan itu menjadi kekuatan yang bisa membesarkan kelompok demi kepentingan bersama,” tambahnya. (zam/by)