JOGJA – Air meluap hingga jalan saat musim hujan, tapi kering saat musim kemarau. Tak ingin kondisi itu terus terulang, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPKP) Kota Jogja menggiatkan pengerjaan sumur resapan.
Kepala Bidang Pengairan dan Drainase Dinas PUPKP Kota Jogja Aki Lukman mengatakan pembangunan sumur resapan ini bersumber dari APBD Kota Jogja tahun 2019, “Anggaran yang disiapkan sebesar Rp 3,8 miliar khusus di wilayah Jogokaryan,” katanya Senin (4/7).
Aki menyebutkan, selain fokus Jalan Jogokaryan ada beberapa paket pekerjaan yang dikerjakan yang difokuskan pada titik-titik genangan. Antara lain Jalan Mendung Warih Giwangan, Jalan Manunggal, Bener, Jalan Pembela Tanah Air, Kota Gede, dan beberapa lainnya.
Aki menjelaskan, akan membuat sumur resapan tiap jarak sepuluh meter di tempat-tempat saluran air atau drainase. Banyak ruas yang dikerjakan tidak hanya ruas Jalan Jogokaryan melainkan sirip-sirip sekitar Jogokaryan sampai dengan Jalan Parangtritis. “Jadi itu tidak hanya sepanjang Jalan Jogokaryan saja, tapi sirip-sirip sekitarnya juga,” tuturnya.
Kata dia, aliran air hujan yang turun ke dalam sumur resapan maka akan mengalir terus ke selatan yang berada pada pembuangan di sisi timur Jalan Parangtritis dan yang ke barat arah Krapyak. Kendalanya, lanjut dia, jika saluran pembuangan itu tidak diperbaiki maka akan terjadi banjir lagi. Namun wilayah itu bukan menjadi kewenangan dari Pemkot melainkan Pemkab Bantul. “Kami sudah minta berkali-kali ke Provinsi tapi belum ada tanggapan baik. Intinya kami hanya ingin air hujan ini bisa masuk ke bumi dan bisa dinikmati anak cucu,” imbuhnya.
Aki menyebut, DIJ harus segera menganggarkan dan membuat DED untuk saluran pembuangan ke arah Parangtritis dan Krapyak agar tidak lagi menambah banjir, “Kalau kami yang tangani, kan keliru karena bukan wilayah kami,” ujarnya.
Kasi Peningkatan dan Pembangunan Saluran Pengairan dan Drainase Dinas PUPKP Kota Jogja Herka Hanung Wijaya menambahkan, teknis pembangunan dengan adanya sumur resapan dimana bagian air akan dikendalikan melalui sumur tersebut.
Kemudian air hujan akan masuk ke dalam saluran lalu mencari tempat yang lebih rendah. Dipastikan air itu masuk ke dalam sumur. Lalu ketika sumurnya sudah penuh, maka air tersebut akan mengalir lagi kedalam saluran dan bertemu sumur sepuluh meter lagi. Sehingga air akan terus mengisi sumur-sumur yang berada didepannya sampai penuh dan sisanya akan mengalir dan masuk ke sungai.
“Ini semacam sumur berantai karena kami buat di dalam saluran, jadi kalau saluran itu nanti dari arah utara ke selatan atau barat ke timur maka akan berantai mengisi sumur yang paling awal maju-maju sampai sumur yang paling depan,” jelasnya.
Lanjut dia, sumur resapan yang memiliki tujuan utama sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah ini tidak memiliki ideal kedalaman lantaran tergantung pada posisi air tanah itu sendiri. Seperti di Jogokaryan, kedalaman tanahnya bervariasi dari satu titik ke titik lainnya. “Ada yang lima bis langsung ketemu air, jadi saat sudah ketemu air berhenti disitu karena kalau dilanjutkan akan jadi sarang nyamuk,” tuturnya.
Ketua RT 33 Jogokaryan Mantrijeron Adimurti mengaku pemukimannya selalu langganan banjir ketika curah hujan tinggi pada saat musim hujan.Bahkan air hujan meluap hingga pekarangan bercampur limbah rumah tangga, bahkan sampai sumur-sumur warga. Katanya, tiap tahun menderita bau menyengat akibat banjir yang bercampur limbah. “Perbaikan ini semoga tidak sia-sia, jangan sampai sudah dikerjakan lalu banjir terjadi lagi,” harapnya. (cr15/pra/er)