Rani Nuraeni punya jalan berliku mewujudkan cita-citanya berkuliah di Jogjakarta. Tekad, ketelatenan, dan dukungan orang tua, mengantarkannya sebagai lulusan terbaik.
YUWANTORO WINDUAJIE, Sleman
RANI Nuraeni masih belum bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dari ujung telepon, suara lulusan SMK 1 Ciamis, Jawa Barat itu terdengar semringah.
”Alhamdulillah,” ucap Rani ketika disinggung capaian pendidikannya di Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UNPV) Jogjakarta melalui sambungan telepon kemarin (16/7).
Ya, perempuan berjilbab ini baru saja menuntaskan pendidikan strata satu di UNPV Jogjakarta. Tepatnya di Program Pendidikan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Yang menjadi kebanggaannya dan kedua orang tuanya, Rani memperoleh predikat cum laude. Dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang nyaris sempurna: 3,95. IPK itu paling tinggi di antara ratusan mahasiswa UNPV yang diwisuda Sabtu (13/7).
”Ada 787 wisudawan yang diwisuda,” sebutnya.
Dibanding mahasiswa-mahasiswi sepantarannya, Rani punya jalan lebih berliku menapak masa depan. Dia lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat sederhana. Didu Supriadi, ayahnya, sehari-hari berprofesi sebagai tukang parkir.
Rani remaja harus mencari jalan sendiri begitu lulus SMK. Agar bisa melanjutkan pendidikan di Jogja. Bagi Rani remaja, Kota Pelajar punya magnet.
”Mantap ingin merantau dan hidup mandiri untuk menimba ilmu di Jogja,” kenangnya.
Berbekal ijazah SMK, Rani mencoba peruntungan melalui jalur seleksi bersama perguruan tinggi negeri (SBM PTN). Dan, Rani dinyatakan lolos. Jalan Rani remaja menuju Kota Pelajar semakin mulus setelah mendapatkan beasiswa bidik misi dari Yayasan Forsiremis.
”Saya bersyukur dan terbantu ketika mendapatkan beasiswa,” tuturnya.
Persyaratan beasiswa yang ketat tak membuat Rani menanggung beban berat. Dia justru merasa termotivasi. Sesibuk apa pun aktivitasnya, tak membuat fokus Rani berkuliah terganggu. Sebab, yayasan bisa mencabut beasiswa plus biaya kebutuhan hidup jika IPK semesternya tak memuaskan.
”Jadi, saya selalu bilang ke diri saya sendiri bahwa yang utama itu adalah kuliah,” katanya.
Sebagai mahasiswi, Rani punya segudang aktivitas di luar perkuliahan. Mulai di unit kegiatan mahasiswa (UKM) seni untuk menyalurkan bakatnya menyanyi hingga menjadi takmiroh Masjid Nuruttaqwa UPNV.
”Juga pernah terjun di Keluarga Mahasiswa Islam dan Himmatana,” sebut mahasiswi yang menyelesaikan kuliah 4 tahun 9 bulan ini.
Di balik itu semua, Rani tetap merasa ”jalannya” di Jogja itu karena doa kedua orang tuanya. Mereka pula yang terus memotivasinya.
”Pengin cari kerja dulu. Setelah kerja baru kuliah lagi,” tutur Rani yang bercita-cita jenjang pendidikan strata duanya masih di bidang ilmu ekonomi.
”Terserah mau bekerja dulu atau kuliah,” timpal Didu menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada anaknya.
Bagi Didu, predikat cum laude yang disandang Rani dengan nilai tertinggi di antara ratusan mahasiswa itu sebagai kado luar biasa.
”Alhamdulilah, bangga memiliki anak yang berprestasi dan bisa mendapat nilai tertinggi di UPNV,” ucapnya. (zam/zl)