MAGELANG – Banyak instansi yang hingga kini belum memasang rambu bencana. Rambu berfungsi mengarahkan khalayak di suatu tempat untuk melakukan evakuasi sehingga meminimalisasi risiko. Pasalnya, Kabupaten Magelang terhitung rawan bencana.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Gunawan mengungkapkan, Kabupaten Magelang menjadi langganan berbagai bencana alam. Mulai erupsi Gunung Merapi, longsor, sampai angin puting beliung.
Ia menyebut ada 352 kejadian bencana di tahun 2017. Sehingga bisa dikatakan hampir tiap hari ada bencana. “Pada tahun 2018 ada 477 kejadian. Jadi setiap hari bisa lebih dari dua kejadian,” jelas Gunawan Rabu.
Padahal, menurutnya, rambu bencana tidak membutuhkan biaya besar. Cukup dengan penunjuk arah ke mana seseorang harus menyelamatkan diri. Selain itu, ada pula tanda titik kumpul di area lapang untuk menghindari bangunan yang berisiko runtuh.
“Memang untuk memasang rambu bencana menjadi kewenangan tiap instansi. Dari kami perbantukan ke desa rawan sebagai stimulan. Misalnya ada 100 yang harus dipasang, kami membantu 10, sisanya pihak pemerintah desa. Dana desa bisa untuk hal ini,” jelasnya.
Rambu-rambu saat ini diprioritaskan ke daerah rawan bencana, terutama daerah sekitar Gunung Merapi. Setidaknya 20 desa telah terpasang rambu. Begitu juga dengan beberapa daerah rawan longsor. Selain itu, daerah lain yang berpotensi longsor juga telah dipasang, walapun belum pernah terjadi.
Indeks risiko bencana Magelang cukup tertolong dengan giatnya BPBD melakukan simulasi. BPBD telah melakukan simulasi yang telah menjadi agenda resmi maupun berdasarkan permintaan dari instansi. “Tahun ini ada enam desa yang kami fasilitasi untuk melakukan simulasi. Dinas Pendidikan juga meminta enam sekolah melakukan simulasi,” jelasnya. (cr10/laz/fj)