GUNUNGHKIDUL – Menjelang Idul Adha, hewan ternak dari Gunungkidul mendapat sorotan. Itu terkait antraks yang memicu matinya sejumlah hewan ternak. Layak untuk dikurbankan?

Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai gudang ternak di Provinsi D.I. Jogjakarta. Saat ini, para peternak menghadapi persoalan besar. Yakni, berjuang menghalau penyebaran penyakit antraks.

Pemkab Gunungkidul melalui Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul terus gerilya. Mereka memberikan vaksin kepada ternak. Tujuannya untuk meredam penyakit menular yang disebabkan mikroba yang disebut Bacillus Anthracis tersebut.

Pemerintah harus bergerak cepat. Sebab, tidak lama lagi umat Islam akan melakukan penyembelihan hewan ternak dalam Idul Adha. Butuh hewan ternak berupa kambing atau sapi dalam jumlah besar. Itu artinya, ada jaminan bahwa kesehatan hewan yang akan dikurbankan dalam kondisi sehat.

”Belum lama ini kami menggelar sosialisasi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terkait antraks kepada 60 peserta. Melibatkan KUA (kantor urusan agama), puskesmas, tokoh agama, serta tokoh masyarakat,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Bambang Wisnubroto saat dihubungi Kamis (18/7).

Dia mengungkapkan, agenda sosialisasi menjelang Idul Adha terus berlanjut sampai mendekati hari H. Materinya berkaitan dengan persiapan penyebelihan hewan kurban. Peserta melibatkan takmir masjid diberikan informasi mengenai ciri-ciri hewan kurban yang sehat.

”Dalam materi juga diberitahu tips merobohkan hewan kurban yang aman apa,” ungkapnya.

Masyarakat mesti diyakinkan hewan kurban dari Gunungkidul bebas antraks. Bambang menegaskan, beberapa waktu lalu ada kabar baik dari Pemprov DIJ. Pemprov menyatakan jumlah hewan mati yang positif antraks tidak bertambah.

”Jumlah hewan ternak positif antraks ada tiga ekor sapi,” ujarnya.

Hewan ternak positif antrak hanya ada di satu wilayah. Yakni, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Upaya penanganan sudah dilakukan. Pertama, hewan ternak mati sudah dikubur. Hewan ternak yang masih hidup diberikan vaksin. Untuk di wilayah Desa Bejiharjo, hewan ternak sudah tidak dikarantina lagi.

”Hewan ternak sudah bisa keluar-masuk, dengan catatan nanti tidak ada kematian lagi,” ungkapnya.

Apakah ada jaminan hewan kurban nantinya bebas antraks? Bambang menjawab secara diplomatis. Menurutnya, sekarang petugas sedang merampungkan vaksin terhadap hewan ternak. Tercatat ada ribuan hewan telah diberikan vaksin.

”Untuk sapi yang divaksin ada 696 ekor, kambing 1.595 ekor, dan domba sebanyak tujuh ekor,” terangnya.

Dia juga mengakui, belakangan ada satu sapi mati lagi. Petugas telah mengambil sampel untuk diteliti di laboratorium Balai Besar Veteriner Wates. Hasilnya masih ditunggu.

Pihaknya memastikan penyebaran penyakit hewan sudah diterapkan prosedur yang ketat. ”Kepada masyarakat jangan terlalu cemas,” ucapnya.

Sementara itu, salah seorang pemilik sapi mati mendadak itu adalah Jumiyo. Dia tercatat sebagai warga Grogol 4, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Jumiyo mengaku sudah tidak memiliki hewan ternak lagi. Semuanya mati. Termasuk induknya.

”Setelah kejadian ini (sapi mati) oleh petugas disarankan memelihara sapi satu tahun kemudian,” kata Jumiyo. (gun/amd/zl)