JOGJA – Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap 23 Juli. Atau tepat hari ini Selasa (23/7). Peringatan tingkat nasional dipusatkan di Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Sedangkan tema HAN 2019 kali ini adalah “Peran Keluarga dalam Pelindungan Anak”.
“Dengan slogan Kita Anak Indonesia, Kita Gembira,” ujar Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi Senin (22/7). Menurut Untung, anak gembira berarti tidak sakit. Ada unsur kecerdasan di dalamnya. Anak bisa belajar dengan riang. “Gembira adalah ekspresi lahir batin,” terang dia.
Terkait dengan peringatan HAN tingkat DIY, Untung menginformasikan akan dilaksanakan di Hutan Bunder, Playen, Gunungkidul pada Selasa (30/7) mendatang. Atau tepat seminggu setelah peringatan tingkat nasional.
Untung menegaskan, tema HAN 2019 untuk mengingatkan semua elemen bangsa. Kualitas pengasuhan dan keluarga sangat penting dalam upaya-upaya pelindungan anak. Ini sejalan dengan tujuan Hari Anak Nasional memunculkan kepedulian semua pihak. Mewujudkan lingkungan berkualitas bagi anak. “Arti penting peningkatan kualitas anak melalui pola pengasuhan yang berkualitas,” katanya.
Diingatkan, anak menjadi harapan dan investasi bangsa Indonesia di masa depan. Kualitas anak-anak menentukan arah bangsa menjadi kuat atau lemah. Peringatan HAN dimaknai sebagai kepedulian terhadap perlindungan anak Indonesia. Kepentingannya agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Juga mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak.
“Sehingga menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air,” jelas pria yang tinggal di Berbah ini.
Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat dapat bersama-sama berpartisipasi secara aktif meningkatkan kepedulian dalam menghormati, menghargai dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi.
Memastikan segala hal yang terbaik untuk anak dalam pertumbuhan dan pekembangannya. Selain itu, HAN harus dapat dijadikan momentum meningkatkan kepedulian semua warga bangsa. “Baik orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah terhadap pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak,” lanjut dia.
Hingga 2018 jumlah anak Indonesia sebanyak 79,6 juta. Mereka diharapkan tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas tinggi. Sejalan dengan itu, tema HAN 2019 berhubungan dengan pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak. Lewat momentum HAN 2019 ini diharapkan menggugah kesadaran pentingnya peran, tugas dan kewajiban memenuhi hak serta melindungi anak.
Di sisi lain, Untung juga menginformasikan pengembangan layanan Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW) Yogyakarta. Layanan itu bertajuk POIN. Akronim dari Pojok Bermain. POIN ditujukan untuk anak-anak yang menjadi penerima manfaat. Yakni mereka yang bersama ibu menjadi penerima manfaat di Wisma Bunda.
Tujuan pojok bermain sebagai proses rehabilitasi sosial bagi anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Terutama di usia golden age antara 0 sampai 5 tahun. “Otak anak agar berkembang optimal, selain kebutuhan biologis yang baik, anak juga memerlukan stimulasi,” terang Untung.
Stimulasi itu salah satunya melalui dunia bermain. Pojok bermain menjadi sarana bagi ibu mendampingi anak mereka bermain. Hasil yang didapat antara ketika anak bermain dengan orang tua, berbeda ketika anak bermain sendiri. Anak yang bermain dengan orang tua akan menimbulkan kelekatan bersama ibu.
Ibu menjalani proses rehabilitasi sosial dan anak tetap mendapatkan lingkungan pengasuhan yang baik. Saat ini di BPRSW ada 10 anak balita. Semua tinggal bersama ibunya di Wisma Bunda. Lewat Poin dapat mempermudah proses rehabilitasi sosial karena mengurangi kejenuhan selama di BPRSW.
“Ini sekaligus wahana pengisian waktu luang untuk anak dan ibu. Menyenangkan dan antusias melihat ekspresi penerima manfaat. Semua berharap permainan bagi anak dapat dikembangkan,”, ungkap birokrat yang mencetuskan Gerakan Bangga Penggunaan Akasara Jawa (Gerbangpraja) ini. (kus/gp)