GUNUNGKIDUL – Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) merupakan daerah rawan bencana. Salah satunya ancaman tsunami. Meski demikian hingga saat ini jalur evakuasi di Pantai Selatan masih minim. Salah satunya di wilayah Kabupaten Gunungkidul.

Hal ini terungkap dalam kegiatan ekspedisi desa tanggap bencana (Destana) tsunami di Pantai Sadeng, Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Rabu (24/7).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DIJ Biwara Yuswantana mengatakan, jalur evakuasi bencana menjadi catatan. Karena itu, dibutuhkan keseriusan dalam mengerjakan jalur evakuasi. Yang sudah ada jalur evakuasi baru di Pantai Kwaru, Bantul. Meski demikian sebenarnya alam sudah menyediakan pelindung seperti gumuk pasir dan ada bukit-bukit.”Ini menjadi pelindung dari tsunami,” kata Biwara.

Kemudian sosialisasi terkait kebencanaan juga harus diberikan secara menyeluruh. Mulai desa hingga tingkat sekolah. Karena setiap tahun murid berganti. Sehingga guru hendaknya dilatih dan diedukasi. Kegiatan Rabu melibatkan 39 desa, 12 kecamatan, dan tiga kabupaten. “Targetnya membentuk destana di kawasan rawan bencana,” ujarnya.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan menjelaskan, ekspedisi destana tsunami dapat membuat program seperti pembuatan jalur evakuasi.

Misalnya sudah ada tempat evakuasi tetapi tidak ada jalannya. Ada jalan tetapi jembatan tidak ada. Ini yang harus diperbaiki. “Kemudian juga akan memperbanyak rambu-rambu,” kata Lilik.

Menurut dia, idealnya satu tahun sekali desa-desa melakukan simulai tanggap bencana. Mengingat daerah selatan Jawa selama kurun waktu 25 tahun terakhir ada tiga kejadian tsunami. Di 1994 wilayah Banyuwangi, lalu 2006 Pangandaran, dan 2018 di Selat Sunda. Menurutnya, sudah waktunya bagi kita sebelum tsunami terjadi sudah siap semua. Dan yang terpenting masyarakat. Karena mereka yang berhadapan langsung. “Ada sekitar 600 ribu orang tinggal di desa-desa rawan tsunami,” ucapnya. (gun/din/zl)