JOGJA – Fenomena yang dialami Kang Darjo tak membuat kaget Prof Dr Farida Hanum. Sosiolog Universitas Negeri Yogyakarta itu lebih khawatir jika sipilis dialami seseorang usia remaja. Sebagai dampak seks bebas akibat pengaruh lingkungan maupun pertemanan. Perilaku sosial itu

Anak dari keluarga baik-baik dan terpandang bukanlah jaminan. Apalagi jika tak terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. “Saat sudah di rumah, anak jarang bertegur sapa dengan orang tua karena sibuk dengan gadget masing-masing,” tutur Farida.

Kondisi itu akan semakin membahayakan perilaku sosial anak. Karena anak akan belajar dari orang lain yang dia temui. Di mana saja.

Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan lingkungan pertemanan anak. Terlebih saat ini fenomena berbau seks bebas bukan lagi suatu hal yang ditakuti dan tabu di kalangan remaja.

Farida sangat menyayangkan perilaku seks bebas orang dewasa yang telah berkeluarga. Sebab, jika salah satu saja terkena seks kotor ada kemungkinan bakal tertular PMS.

Menjaga ketahanan keluarga menjadi salah satu cara menekan seks bebas. Gaya hidup yang tidak menyimpang secara seksual merupakan obat paling mujarab mencegah sipilis dan PMS lainnya. “Jika ketahanan keluarga sudah terbangun, perilaku sosial yang melenceng bisa ditekan,” tegasnya.

Selain itu, pembelajaran moral dan agama harus ditanamkan pada anak sejak usia dini. Jika perilaku menyimpang sudah menjadi sesuatu yang ditakuti dan akan menimbulkan efek berbahaya, jelas Farida, anak-anak dan remaja tentu akan menjauhi hal tersebut.

Hal senada disampaikan Sosiolog Universitas Gadjah Mada Soeprapto. Menurutnya, banyak orang yang terlalu sibuk, sehingga tak bisa mengontrol terjadinya seks bebas anggota keluarganya. “Tak semua penderita sipilis adalah pelaku seks bebas (individu). Ada juga pasangan resmi atau suami istri yang suka seks bebas,” ungkapnya.

Soeprapto menegaskan, perilaku seks bebas adalah dalang penularan PMS. Namun, sebagian masyarakat masih menganggap penyakit kelamin sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Bahkan tak sedikit yang menganggap PMS tak dapat diterima secara moral. Itulah yang menyebabkan banyak penderita sipilis bungkam karena malu. Sehingga mereka enggan berobat secara medis. Akibatnya, pasangan si penderita berisiko tertular.

Fenomena seks bebas, tambah Soeprapto, adalah hal yang seharusnya tidak dianggap tabu lagi. Sebab, sudah lama penyakit sosial masyarakat itu menjalar. Bahkan makin berkembang. Sebagai akibat lemahnya kontrol sosial serta fungsi proteksi dan sosialisasi norma. Selain itu, nilai dan budaya dalam keluarga juga semakin menghilang.

PMS harus dicegah secara bersama-sama. Melibatkan banyak pihak. Termasuk pemerintah. Untuk terus memberikan sosialiasi, internalisasi, dan institusionalisasi tentang bahaya seks bebas. Sementara untuk korban maupun pelaku seks bebas yang terlanjur tertular PMS tetap harus diupayakan untuk mendapat pengobatan yang sesuai.(cr7/yog/rg)