GUNUNGKIDUL – Target akses pelayanan air minum (universal access) seratus persen pada 2019 menjadi isu ”seksi” di Gunungkidul. Ini menjadi tantangan bagi Pemkab Gunungkidul. Mampu atau tidak merealisasikan tuntutan RPJMN 2015-2021 tersebut.

Koordinator LSM Perempuan Penggerak Ekonomi Rakyat (Pukat) Gunungkidul Rino Caroko mengatakan, muncul sinyal positif dalam beberapa pekan terakhir akses air bersih di Gunungkidul. ”Berkaca di Kecamatan Panggang. Wilayah dengan jangkauan pipa terpanjang, sekarang lancar. Berbeda dengan sebelumnya,” kata dia.

Belum pernah ada kejadian dalam air mengalir terus selama sebulan. Dia mengaitkan hal itu dengan target pemerintah pusat mengenai seratus persen akses pelayanan air minum tercapai di akhir tahun ini.

”Pertanyaannya, kondisi baik seperti sekarang bisa terus bejalan atau tidak?” ujarnya.

Menurut Rino, jika Pemkab Gunungkidul sukses menjawab dan merealisasikan target pusat maka itu hal tersebut merupakan salah satu prestasi. Tentu, realisasi itu bukan sekadar sajian data angka-angka di atas kertas.

”Parameternya kan jelas. Kalau masih ada warga kesulitan air bersih, itu artinya perlu dievaluasi kembali,” tegasnya.

Jika benar-benar sudah baik, persoalan air belum tuntas. Target berikutnya adalah menuangkan dalam RPJMD Gunungkidul. Sebab, ke depan masih banyak tantangan terkait persoalan air bersih di wilayah Bumi Handayani.

”Sampai sekarang saya belum menjumpai ada bak penampungan air di setiap desa. Padahal, itu perlu karena sewaktu-waktu dibutuhkan,” ucapnya.

Dia ingin setiap desa rawan krisis air disediakan bak penampungan raksasa dengan sistem grafitasi. Geografis Gunungkidul sangat mendukung. Itu bisa sebagai salah satu solusi Tinggal pemerintah bersedia merespons atau tidak.

”Bak raksasa itu sebagai antisipasi kelangkaan air bersih,” ungkapnya. (gun/amd/zl)