JOGJA – Stok hewan kurban untuk menyambut Hari Raya Idul Adha 1440 H dipastikan aman. Berdasarkan catatan tahun lalu, total hewan kurban mencapai 87 ribu ekor. Data terbaru, jumlah ternak di Jogjakarta mencapai 360 ribu ekor. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) DIJ Sasongko  tak menampik adanya peningkatan permintaan hewan kurban.

Hanya saja untuk jumlah, dia memprediksi tidak selisih jauh. Artinya ketersediaan hewan ternak saat ini lebih dari cukup. Bahkan stok mampu menyuplai hewan kurban ke sejumlah wilayah di luar Jogjakarta. Tahun lalu jumlah hewan kurban yang dipotong terdiri dari 21 ribu ekor sapi, 33 ribu ekor kambing dan 23 ribu ekor domba. “Masih sangat terpenuhi, karena ketersediaan saat ini mencapai 360 ribu ekor ternak,” jelasnya,Kamis (8/8).

Terkait distribusi Dispertan DIJ menyiagakan tim. Tugasnya untuk memeriksa kesehatan dan kelayakan sebagai hewan kurban. Selain internal, tim juga terdiri dari akademisi Fakultas Peternakan Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengawasan berlaku di seluruh jalur distribusi. Sedangkan antisipasi penyakit hewan termasuk anthrax juga berlaku ketat. Terutama hewan ternak yang berasal dari  Dusun Grogol 4, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo Gunungkidul. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu wilayah tersebut suspect anthrax. Untuk yang ada catatan hitam (suspect anthrax) tidak boleh keluar. Kecuali sudah divaksin, diperiksa dan dinyatakan sehat oleh dokter hewan setempat.” Berlaku untuk semua, kambing, domba dan sapi,” ujarnya.

Mendekati Idul Adha, sejumlah rumah penitipan hewan kurban ramai. Seperti yang terpantau di rumah penitipan hewan kurban atau asrama sapi Kuncen. Terhitung hingga saat ini ada 185 ekor sapi menghuni kandang. Mayoritas merupakan sapi yang terdistribusi di wilayah Kota Jogja. Pemilik rumah penitipan hewan Harsoyo menjamin kesehatan terjamin. Ini karena setiap sapi yang datang telah dilenglapi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Selain itu ada pemeriksaan kesehatan rutin dari Dispertan DIJ.

Berdasarkan data, mayoritas sapi berasal dari Gunungkidul. Walau begitu, Harsoyo menjamin sapi dalam kondisi sehat. Selain dilengkapi SKKH, sapi-sapi Gunungkidul telah suntik vaksin. Selain bumi Handayani, sapi juga berasal dari Prambanan Sleman, Kulonprogo hingga Muntilan Jawa Tengah. Nanti sebelum distribusi diperiksa lagi. Ada label kalau hewan sehat dan layak kurban. “Mayoritas distribusi ke wilayah kota Jogja, untuk Sleman hanya 15 persen dan Kulonprogo sekitar 0,5 persen,” jelasnya.

Dari segi permintaan, Harsoyo menuturkan ada penurunan. Terbukti dari belum tingginya jumlah permintaan. Tahun lalu, dia mendistribusikan 300 ekor sapi. Sementara menjelang idul adha tahun ini, baru 178 ekor sapi. “Mungkin karena bertepatan dengan tahun ajaran baru dan 17 Agustus. Kalau paling laku rentang harga RP 17 juta sampai Rp 20 juta. Di sini, (sapi) paling kecil harganya Rp 12,5 dan paling besar Rp 50 juta. Kalau harga stabil, karena stok mencukupi,”katanya. (dwi/din/zl)