SLEMAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Mlati memperkirakan musim kemarau akan lebih lama. Mengakibatkan musim hujan terlambat datang.
Awal musim hujan akan berlangsung pada November 2019. Namun untuk wilayah Sleman bagian barat dan Kulonprogo bagian utara baru akan memasuki musim hujan pada Oktober dasarian III atau sepuluh hari terakhir pada bulan Oktober.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Reni Kraningtyas menjelaskan awal musim hujan diprediksi lebih lambat satu sampai dua dasairan. Atau 10 sampai 20 hari. Faktor yang memengaruhi terlambatnya musim hujan adalah anomali suhu muka air laut Indonesia bagian selatan yang lebih dingin.
Serta adanya peralihan angin timuran menjadi angin baratan atau Monsun Asia yang akan terlambat. Angin baratan mengalirkan udara basah dari Benua Asia melewati wilayah Indonesia akan bergerak menuju Benua Australia.
“Namun saat ini El Nino atau periode panas pada Agustus sudah meluruh dan menjadi netral,” jelas Reni Rabu (21/8).
Hanya saja, untuk Indian Ocean Dipole (IOD), diprediksi netral saat akhir tahun 2019. Saat IOD menunjukkan positif, wilayah Indonesia bagian barat akan kering. Sedangkan saat IOD menunjukkan kondisi negatif, maka wilayah Indonesia bagian barat akan basah.
Reni mengingatkan masyarakat mewaspadai dampak negatif musim hujan mendatang. Bakal ada peningkatan banjir dan longsor, penurunan produksi kopi, tembakau, garam, dan tanaman buah tropika.
“Adanya penurunan rendemen tebu, serta tingginya gelombang yang akan mengganggu kegiatan nelayan,” ingat Reni.
Meskipun begitu, ada dampak positif yang bisa didapatkan. Yakni potensi luas tanam sawah dan frekuensi tanam meningkat. Ketersediaan air untuk pertanian dan waduk mencukupi. (cr7/iwa/rg)