RADAR JOGJA – Enam personel Shaggydog sedang bersemedi di sebuah vila kawasan Kaliurang, Pakem, Sleman. Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik, dan Yoyo meramu album terbaru mereka. Kini, sembilan lagu telah mereka rampungkan dalam proses rekaman awal.
Eksistensi Shaggydog tetap bertahan hingga saat ini. Di tengah lesunya dunia musik Indonesia, para penggawa Jogjakarta ini bertahan dengan benderanya. Kini mereka tengah menyiapkan ramuan baru. Album ketujuh sedang dirancang untuk menghebohkan blantika musik Indonesia.
Ritual unik dipilih untuk merekam karya-karya terbaru. Bukan dalam mewahnya studio rekaman. Mereka memilih untuk bersemedi. Vila di kawasan lereng Merapi menjadi tempat persinggahan mereka.
”Akhirnya ada waktu untuk merekam materi-materi album baru. Kenapa kawasan Kaliurang, karena sunyi dan suasana enak untuk berkarya,” jelas sang vokalis Heru Wahyono, Rabu (4/9).
Dia ingin album ke tujuh ini benar-benar menjadi sesuatu yang segar. Tidak hanya bagi para personelnya, tapi juga mereka atau yang akrab disapa doggies.
Walau begitu warna musik tidak melenceng dari semangat Shaggydog. Heru menuturkan, karya-karya terbaru tetap ada nuansa kolaborasi lintas genre. Terutama akar dari jati diri band ini yaitu aliran musik Ska Reggae.
”Tetap tidak melepas jati diri Shaggydog . Akan memberikan warna yang lebih menarik dari ke-6 album sebelumnya. Jadi tunggu saja,” pesannya.
Terkait lokasi, ternyata bukan kali ini para persnoel Shaggydog memilih kawasan Kaliurang. Album sebelumnya, Putra Nusantara, juga lahir di kawasan lereng Merapi. Selama 10 hari penuh mereka mengarantina diri dalam sunyinya alam.
Di satu sisi Heru memandang lokasi rekaman ada hoki tersendiri. Di satu sisi ada ketenangan. Ke-6 personel bisa fokus merampungkan rekaman. Terlebih seluruh aktivitas dipindahkan ke lokasi tersebut. Tak hanya orang, seluruh peralatan studio turut hijrah. Tak mudah tentu untuk menemukan ambience ruangan. Namun ini justru jadi tantangan tersendiri. Beragam setingan audio terus dijajal untuk menemukan formula yang tepat.
”Kata warga sekitar dianggap sakral, tapi justru membawa hoki bagi kami. Karena album sebelumnya juga kami garap dengan metode yang sama,” katanya.
Melirik sejarah band yang berdiri di Sayidan 1 Juni 1997 ini tentu sangat berkesan. Dua tahun pasca berdiri mereka hadir dengan album perdana Shaggydog (1999), lalu album Bersama (2001), Hot Dogz (2003), Kembali Berdansa (2006) dan Bersinar (2009). Album ke-6 Putra Nusantara (2016) adalah album dengan jeda terlama hingga tujuh tahun.
Untuk album ke-7, Shaggydog telah menyiapkan 25 materi. Seluruhnya sedang diramu untuk menjadi satu kesatuan. Berupa album terbaru yang memiliki keterkaitan lagu. Hanya saja Heru mengakui belum ada penamaan untuk album baru ini. ”Terhitung 22 tahun perjalanan kami sejak 1997. Tentu ini juga mewarnai karya-karya dalam album ketujuh,” katanya. (dwi/laz/ila)