RADAR JOGJA – Tak semua orang dapat menjalankan dua pekerjaan secara beriringan. Namun, penjaga gawang PSIM Jogja Ivan Febrianto justru menikmati dua peran yang sangat bertolak belakang itu. Yakni sebagai pesepak bola sekaligus pegawai di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro di bawah Pemkot Jogja.
Sudah sembilan bulan Ivan bekerja di UPT Malioboro. Meski masih aktif sebagai pesepak bola, kiper berusia 27 tahun itu mengaku enjoy dengan peran barunya tersebut.
Ivan menuturkan, pekerjaan itu didapat sebagai bentuk apresiasi manajemen PSIM lantaran dia sukses membawa Laskar Mataram -julukan PSIM Jogja- bertahan di Liga 2 musim 2018. “Musim yang sangat berat, namun kami bisa bertahan karena kerja keras dan kekompakan tim,” ujar Ivan saat dijumpai di kawasan Malioboro beberapa hari lalu.
Nah, sebagai bentuk penghargaan itu, manajemen PSIM memberinya reward. Terlebih, Ivan merupakan salah satu pesepak bola yang memiliki ijazah perguruan tinggi. Ya, dia adalah lulusan Strata 1 Hukum Pidana, Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang. “Saat itu instansi yang kosong di Dinas Pariwisata,” ujarnya.
Ivan juga berkomitmen untuk mengabdi kepada Jogja. Kota yang sangat berjasa bagi karirnya. Selain itu, kiper asal Semarang ini mengaku sangat mencintai kota Gudeg, meskipun dia tidak lahir dan besar di Jogja.
Sebetulnya, pengalaman kerja kantoran sudah pernah dia tekuni empat tahun silam. Tepatnya saat PSSI dibekukan FIFA atas kasus dualisme yang terjadi pada tubuh induk federasi tertinggi sepak bola Indonesia itu.
Dari kejadian itu memaksa dia untuk mencari penghidupan di luar sepak bola. Ivan pun sempat banting stir bekerja di sebuah perusahaan bank di bagian marketing kredit sales. Pekerjaan yang dilakukan seperti mencari nasabah dari pasar, toko klontong, hingga bengkel. “Tugas saya memberi pinjaman dana untuk nasabah,” kenangnya.
Lalu, di tahun berikutnya Ivan kembali memperkuat PSIS Semarang dan ambil bagian di kompetisi Torabika Soccer Championship. Pemain dengan tinggi 173 cm itu mengatakan, alasan kembali menggeluti si kulit bundar lantaran lebih nyaman menjadi seorang pesepak bola. Hobi yang dia tekuni sejak kecil. “Saya nyaman bermain bola. Makanya saya tinggalkan pekerjaan itu,” bebernya.
Saat ini, Ivan mengaku sangat menikmati dua pekerjaan yang sangat bertolak belakang itu. Sebab, kantor tempat dia bekerja juga memberi kelonggaran saat dia harus berlatih atau bertanding bersama PSIM. “Jadi selama satu musim saya sudah ada dispen khusus dari kantor,” ujarnya.
Suasana Jogja yang dinilai nyaman membuat kiper kelahiran Semarang 20 Februari 1992 ini semakin betah meniti karir di kota pelajar. Selain itu, Ivan juga bertekad membawa PSIM berprestasi di tingkat nasional. “Semoga tahun depan bisa bermain di Liga 1,” harap atlet dua bersaudara ini.
Kemampuannya sebagai penjaga gawang tidak lepas dari peran sang ayah, Trisno Waluyo, yang merupakan mantan kiper Arseto Solo. Ivan mengawali karir sebagai pesepak bola profesional dengan memperkuat PSIS Semarang, Persibat Batang, Persekap Kapuas, dan saat ini PSIM Jogja.
Kedua orang tua sangat berpengaruh dalam karirnya. Sebab, sejak kecil kedua orang tuanya berpesan untuk selalu mengutamakan pendidikan. “Bagaimanapun caranya saya mencari solusi antara karir dan pendidikan bisa berjalan beriringan,” tandasnya. (cr18/laz)