RADAR JOGJA – Aktivis lingkungan Greta Thunberg, 16, lagi jadi perhatian. Dia terus melotot saat pandangannya menemukan punggung Presiden AS Donald Trump. Pertemuan singkat mereka menjadi viral pemberitaan dalam rangkaian KTT Iklim PBB.

Greta jadi tamu kehormatan dalam pertemuan tersebut. Dia datang untuk menyampaikan peringatan kepada para kepala negara yang sedang berkumpul di New York pekan ini. ”Pesan saya, kami sedang mengawasi Anda semua,” ungkap putri penyanyi opera Malena Ernman itu seperti dikutip dari Agence France-Presse.

Dara penyandang sindrom Asperger itu menganggap pemimpin dunia saat ini terus menipu generasi muda. Dia mengatakan, sebagian besar pemerintah hanyalah memberi janji tanpa hasil nyata. Padahal, bumi mulai memasuki masa kepunahan masal. ”Saya tak seharusnya berada di sini. Saya seharusnya bersekolah di seberang samudra sana,” kata gadis dari Swedia itu seperti dilansir The Guardian.

Mungkin hal itulah yang membuat Thunberg tampak geram saat melihat kehadiran Trump. Jangan salah, tak sampai setengah dari 136 kepala negara yang berada di New York memilih hadir di KTT Iklim. Sebagian menghindar.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro absen karena masalah kebakaran Amazon yang sedang dihadapi. Perdana Menteri Australia Scott Morrison yang selalu menegaskan sikap pro-batu bara juga tidak hadir.

Namun, Trump justru muncul di sana. Padahal, suami Melania itu salah satu musuh bebuyutan aktivis lingkungan global. Dia selalu menyepelekan ancaman perubahan iklim dan sempat menyampaikan niat untuk keluar dari Kesepakatan Paris. ”Yang bisa Anda katakan hanyalah uang dan dongeng soal pertumbuhan ekonomi abadi. Beraninya Anda,” ungkap Greta.

Trump sepertinya tak merasakan tatapan Greta dan tokoh lingkungan lain. Dia dengan santai duduk di kursi penonton. Dia bertepuk tangan saat melihat Perdana Menteri India Narendra Modi berpidato, lalu pergi.

Dia bahkan mengunggah video pidato Greta dengan disertai cemoohan. ”Dia tampak seperti gadis remaja yang bahagia menanti masa depannya,” tulis Trump melalui akun Twitter-nya. Unggahan itu langsung mendapatkan kecaman dari warganet seluruh dunia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sudah menegaskan bahwa kondisi bumi makin mengkhawatirkan. Namun, belum terlambat untuk melakukan tindakan alternatif. ”Krisis iklim merupakan perang dan kita sedang kalah. Tapi, kita bisa membalikkan keadaan,” ungkap pria Portugis tersebut.

Beberapa negara pun memenuhi ajakan Guterres. Presiden Prancis Emmanuel Macron berhasil membuat Rusia meratifikasi Kesepakatan Paris Senin (23/9). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga baru saja menggandakan komitmen dana bantuan perubahan iklim dengan menambahkan program pengembangan luar negeri hingga USD 14,4 miliar (Rp 235 triliun) dalam jangka 5 tahun ke depan.

Namun, hal tersebut dirasa belum cukup untuk menahan pemanasan global di angka 1,5 derajat Celsius. Padahal, strategi pengurangan emisi sebesar 50 persen pada 2030 tak menjamin bahwa pemanasan global tak melebihi batas. Kemungkinan strategi itu berhasil hanya 50 persen.

”Saya kira, permohonan Greta untuk kewarasan dan bertindak sesuai temuan ilmiah masih tak dihiraukan,” ujar Kepala Greenpeace International Jennifer Morgan. (JPG/riz)