RADAR JOGJA – Mata adalah organ paling penting yang dimiliki manusia. Salah satu panca indra tersebut difungsikan untuk melihat benda dan warna yang ada di alam ini. Penglihatan yang berkolerasi dengan panca indra lainnya membuat manusia mudah melakukan segala aktivitas. Lalu bagaimana jika organ penting tersebut mengalami gangguan?
Dikutip ulang dari For Her Radar Jogja, seperti organ-organ di dalam tubuh manusia lainnya yang bisa terserang penyakit, mata juga dapat mengalaminya. Seperti rabun dekat, rabun jauh, glukoma, katarak, degenerasi makula, neuritis optik, ablasi retina, mata juling, bintitat, presbiopi, dan lain sebagainya. Biasanya yang sering menyerang masyarakat adalah rabun jauh dan dekat.
Menurut dokter spesialis mata dr Yunani Setyandrianna, SP.M, rabun dekat adalah gangguan atau kelainan mata yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda-benda yang berada terlalu dekat dengan mereka. Usia di atas 40 biasanya sering terserang gangguan mata ini.
Sedangkan rabun jauh adalah gangguan atau kelainan mata yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda-benda yang berada terlalu jauh dengan mereka. Gangguan ini sering menyerang anak-anak hingga remaja.
Dalam bahasa medis gangguan mata di atas disebut miopi. Miopi terjadi karena ada kesalahan bias. Mata tidak dapat membiaskan cahaya dengan baik dan benar sehingga meleset pada titik fokus tunggal yang difungsikan untuk melihat gambar atau objek dengan jelas.
Gejala-gejala dari gangguan atau kelainan mata tersebut antara lain sakit kepala atau pusing, pandangan kabur, penglihatan buruk pada tempat gelap atau malam hari, dan seringnya berkedip. Ada sebagian masyarakat menganggap gejala-gejala tersebut tidak memberi pengaruh atau dampak yang terlalu besar bagi mereka. Namun apabila dari gejala-gejala kecil tersebut tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan yang fatal.
Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi mata sehingga dapat mengalami gangguan-gangguan tersebut. Faktor keturunan dan stress mata menjadi penyebab utama gangguan mata tersebut terjadi.
Faktor keturunan ini datang dari orang tua yang mengalami gangguan mata tersebut yang kemudian diturunkan kepada gen anak-anak mereka. Berbeda dengan faktor stress mata yang disebabkan oleh kebiasaan yang mempengaruhi fungsi kerja mata. Seperti seringnya membaca terlalu dekat, berlama-lama di depan layar komputer atau gadget serta kurangnya kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh mata. (ila)