RADAR JOGJA – Anyaman merupakan salah satu kerajinan khas Kulonprogo. Hal ini dimanfaatkan Indri Widianti untuk mengembangkan brand Jogjavanesia dengan produk anyaman berbahan dasar agel. Beragam kerajinan kini mampu diproduksi seperti tas, keranjang, topi, hingga perabotan lain.

Usaha kerajinan serat alam itu telah dirintis ibunya sejak 1974 di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo. Dia mengembangkan produknya menjadi lebih modis dan trendi. Bahkan hingga mampu menembus pasar luar negeri berkat pemanfaatan media sosial.

Dalam sebulan dia bisa mengirimkan ratusan tas agel ke berbagai negara seperti Amerika, Inggris, dan Belanda. Namun untuk pasar lokal, produknya kurang diminati sebab masih dianggap terlalu mahal. “Mungkin 80 persen ekspor 20 persen untuk lokal,” jelasnya belum lama ini.

Untuk menggaet pasar lokal dia berinovasi menggabungkan teknik kerajinannya pada pakaian batik. Menurut Indri bahan baku agel kadang sulit didapatkan di wilayahnya. Sebab populasi pohon agel semakin minim. Tidak ada masyarakat yang menanam dan memiliki kebun agel di sana. Indri terkadang terpaksa mendatangkan bahan baku dari Jawa Timur. “Tapi kualitasnya bagus di Kulonprogo, kerena lebih lembut,” jelasnya.

Kendala lain adalah masalah regenerasi atau pekerja yang akan meneruskan bisnisnya. Sebab menurutnya, anak muda kurang telaten apabila ditugasi mengolah dan menyortir agel. “Mereka jadinya disuruh menganyam saja tidak disuruh menyortir milih agel. Ini (menyortir) biasanya dilakukan orang tua yang betah,” jelasnya.

Untuk proses produksi Indri mampu memberdayakan warga setempat. Menurutnya, masyarakat Kulonprogo sudah memiliki dasar keterampilan menganyam. Dia tinggal mengajari agar rapi dan bisa sesuai standar. Dalam satu bulan dia mampu memproduksi 1.500 unit kerajinan. (cr16/din)