RADAR JOGJA – Ketua Kwarcab Kota Jogja Heroe Poerwadi menyayangkan adanya yel-yel SARA dalam kegiatan kepramukaan. Dia menegaskan tindakan tersebut tidak ada dalam nilai-nilai Pramuka. Bahkan tak diajarkan pula dalam micro teaching dan pengajaran.
Wakil Wali Kota Jogja ini menyampaikan detil kejadian. Bertepatan dengan kegiatan kursus mahir lanjutan (KMR) di SDN Timuran, Jumat (10/1), usai jam pelajaran tepatnya antara pukul 10.00-11.00 WIB. Pengisinya adalah anggota pramuka tingkat pembina.
“Benar ada kejadian seperti itu. Peserta KMR menyampaikan tepuk yel-yel sepeti itu, tapi oleh pembina setempat (SDN Timuran) langsung ditegur. Lalu perwakilan Kwarcab masuk ke kelas dan bilang ke anggota pramuka (siswa) bahwa tepuk itu tidak ada dan dianggap tidak ada,” jelasnya dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (13/1).
Pasca kejadian, baik pembina putri maupun pembina dari Kwarcab meminta maaf. Terutama kepada para orangtua yang melakukan aksi protes. Setelahnya kegiatan berlangsung biasa. Tentunya sesuai dengan materi KML.
Heroe turut mendata asal pembina pramuka tersebut. Berdasarkan data diketahui oknum pembina berasal dari Kwarcab Gunungkidul. Keikutesertaan KML sendiri memang terbuka dari seluruh wilayah. Tak hanya terbatas dari wilayah Kwarcab Kota Jogja.
“Praktek KML, salah satu peserta dari Gunungkidul. Sebenarnya di micro teaching dan pengajaran tidak diajarkan yel-yel sepeti itu. Kalau peserta jumlahnya ada 25 orang dari seluruh kabupaten dan kota di Jogjakarta,” ujarnya.
KML sendiri merupakan salah satu ujian bagi pramuka tingkat Pembina. Untuk prakteknya sesuai dengan tingkatan masing-masing. Tujuan utamanya menjadikan Pembina Pramuka yang lebih baik. Termasuk menanamkan nilai-nilai kebhinnekaan.
Heroe menyayangkan, seorang pembina justru bertindak diluar kebhinnekaan. Sayangnya dia tidak bisa menindak lebih lanjut. Apalagi sosok pembina ini berasal dari Kwarcab Gunungkidul.
“Motifnya juga belum tahu, masih kami dalami. Akan dipanggil teman Kwarcab yang terlibat. Secepatnya akan kami panggil untuk konfirmasi. Jadi perhatian kami, materi yang disampaikan harus jelas dan tidak buat spontanitas yang melenceng dari nilai kepramukaan,” tegasnya.
Walau beralasan spontanitas, Heroe tetap tidak membenarkan. Apalagi selama ini tidak pernah ada yel-yel serupa dalam kegiatan pramuka. Dia berharap agar para pembina senior turut mengawasi materi yang diberikan.
“Di Kwarcab Kota Jogja belum pernah terjadi. Untuk sanksi, karena peserta dari Gunungkidul, jadi bukan wewenang kami. Walau saat kejadian berstatus sebagai peserta KML Kwarcab Kota,” ujarnya. (dwi/tif)