RADAR JOGJA –  Tindakan kurang patut dilakukan seorang Pembina Pramuka. Mengajarkan tepuk yel-yel yang justru berujung tindakan rasis. Para orangtua siswa yang turut menyaksikan langsung kejadian di SDN Timuran Prawirotaman pada Jumat (10/1), melakukan aksi protes.

Salah satu orangtua siswa berinisial K menceritakan detail kejadian. Saat itu ibu rumah tangga ini akan menjemput anaknya. Sambil menunggu, K melihat ragam kegiatan pramuka hingga di akhir kegiatan muncul yel-yel tersebut.

“Harinya Jumat (10/1), saya jemput anak ke sekolah, karena belum keluar kelas saya nunggu sambil lihat praktik pembinaan dari Kwarcab. Awalnya semua bernyanyi normal aja, lalu tiba-tiba ada salah satu pembina putri masuk dan ngajak anak-anak tepuk Islam,” jelasnya, Senin (13/1).

Pada awal yel-yel, K tidak mempermasalahkannya. Hingga akhirnya terlontar beberapa kalimat yang kurang etis. Merasa ada yang tak beres, K langsung menegur pembina tersebut. Menurutnya yel-yel tersebut telah mencederai semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Disatu sisi K juga memandang yel-yel tersebut tidak tepat. Terlebih sekolah SDN Timuran berstatus negeri. Artinya para siswa tidak hanya berasal dari satu golongan. Cara-cara tersebut, lanjutnya, bisa mencederai pola pikir anak.

“Saya kaget karena di akhir tepuk kok ada yel-yel, Islam Islam yes Kafir Kafir No. Spontan saya protes dengan salah satu pembina senior. Saya menyampaikan keberatan dengan adanya tepuk itu, karena menurut saya itu mencemari kebhinnekaan dalam Pramuka,” tegasnya.

K sendiri mengetahui latar belakang SDN Timuran. Selama ini tidak pernah ada aksi seperti itu. Apalagi yang terselip dalam agenda Pramuka. Kegiatan Pramuka berlangsung secara wajar. Mengajarkan nilai-nilai kemandirian dan disiplin bagi anak.

Ibu muda ini tak ingin nama sekolah anaknya tercoreng. Terutama oleh oknum dari luar sekolah. Dia berharap agar pihak luar menghargai budaya yang ada. Apalagi terkait pendidikan yang diturunkan kepada para siswa.

“Saat itu pembina senior langsung minta maaf. Setahu saya pembina putri itu bukan dari sini (SDN Timuran). Dia (pembina putri) itu pembina praktik dari kwarcab bukan sekolah. Sekolah hanya ketempatan aja untuk praktik,” katanya. (dwi)