RADAR JOGJA – Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta pernah melakukan penelitian mengenai monyet ekor panjang (macaca fascicularis) pada 2018. Penelitian dilakukan di kawasan Gunung Tidar Kota Magelang.
Wisnu Nurcahyo selaku ketua tim peneliti saat itu, menyimpulkan ada 198 ekor monyet. Padahal, secara teori tingkat kepadatan ideal adalah seekor monyet per satu hektare luas wilayah. Sedangkan Gunung Tidar hanya memiliki luas 70 hektare.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar Agus Suprijanto menjelaskan, kemungkinan saat ini jumlah monyet di Gunung Tidar sudah jauh lebih banyak. ”Mungkin sudah mencapai 300 lebih,” jelasnya saat ditemui di kantor, Jumat (17/1).
Bahkan, pada Kamis (16/1) lalu terlihat monyet-monyet turun ke Pasar Gotong Royong. Mereka turun untuk mencari makanan. Namun, sejauh ini belum ada laporan mengenai penyerangan yang dilakukan monyet.
Salah seorang warga, Simul, 46, menjelaskan, monyet-monyet itu kerap mencuri makanan di sekitar pemukiman dan pertokoan di sepanjang jalan masuk menuju Gunung Tidar. ”Toko-toko ini kalau tidak ditunggu, ya diambil sama monyet-monyet itu. Kalau datang paling, ya hanya kami usir,” jelasnya.
Selain itu, dia juga mengkhawatirkan risiko penyakit yang dibawa oleh monyet-monyet tersebut. Sebab, sepengetahuannya, monyet-monyet di sini belum pernah divaksin.
Dia sering mengingatkan pengunjung untuk berhati-hati terhadap monyet-monyet yang berkeliaran. ”Jangan terlalu dekat biar tidak dicakar,” jelasnya.
Maka dari itu, Agus menjelaskan, salah satu fokus konservasi dalam kebun raya kawasan Gunung Tidar nantinya yakni melakukan penanganan monyet. Hal ini diperlukan agar keberadaan mereka tidak merugikan.
Namun, dia belum bisa memastikan metode seperti apa yang akan diterapkan untuk menangani monyet di Gunung Tidar. ”Selama ini belum ada penyerangan. Nanti kita ada penanganan monyet karena populasinya semakin banyak. Dari provinsi (Pemprov Jawa Tengah) sudah ada survei,” jelasnya. (asa/amd)