RADAR JOGJA – Banyak burung kuntul kerbau di musim penghujan. Burung berbulu putih dengan kaki panjang tersebut sering terlihat di areal persawahan.
Burung bernama latin bubulcus ibis tersebut terlihat berkerumun di sawah Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Jumat (17/1). Di areal persawahan, kuntul kerbau tak hanya mencari makan. Mereka juga mencari jodoh.
Dosen Pembelajaran Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rio Christy Handziko menjelaskan, keberadaan kuntul kerbau di persawahan biasa terjadi. Terutama saat musim tanam padi di musim penghujan.
”Biasanya banyak di musim penghujan. Ini kan kita sudah masuk di musim penghujan. Jadi, mereka banyak cari makan akan datang ke sawah-sawah. Kenapa begitu? Kaitannya dengan perilaku manusia,” jelas Rio.
Pada saat musim penghujan, banyak petani yang mulai menggarap sawah. Sebelum ditanami padi, tanah sawah diolah. Dalam proses pengolahan, tanah dibalik. Setelah tanah dibalik akan muncul cacing tanah di permukaan. ”Nah, pada saat pembalikan tanah itulah mereka (kuntul kerbau) banyak menemukan makanan,” katanya.
Kuntul kerbau merupakan predator hewan kecil. Burung itu memakan cacing, udang, atau kepiting kecil. Mereka tidak termasuk dalam golongan burung pantai. Sebab, habitatnya bukan di air asin atau payau. Meskipun, mereka banyak tinggal di tepi pantai.
Setelah menetas hingga dapat bereproduksi, kuntul kerbau lebih banyak hidup di lingkungan air tawar. Mereka mencari makan di sekitar sungai atau sawah. ”Jarang sekali cari makan di pantai. Di dekat pantai hanya untuk berbiak,” lanjutnya.
Dari pengamatan Radar Jogja, kuntul kerbau tersebut tengkuknya berwarna kuning. ”Kalau tengkuknya berwarna kuning-oranye. Itu menandakan kalau si burung sudah masuk fase siap kawin,” jelasnya.
Hal tersebut menandakan kuntul kerbau berada di sekitar persawahan bukan hanya untuk mencari makan. ”Jadi, area persawahan tersebut menjadi area ajang mencari jodoh. Nanti kalau sudah dapat jodohnya, mereka akan terbang ke arah selatan. Ke area yang pohonnya cukup tinggi. Mereka akan membuat sarang, kawin, bertelur, dan mengurus anaknya,” katanya.
Kuntul kerbau termasuk burung yang dilindungi. Menurut Rio, habitat asli kuntul kerbau telah terkonversi. ”Semakin banyak sawah yang terkonversi artinya makan semakin terbatas. Jumlahnya semakin turun. Cukup drastis,” katanya.
Waluyo, seorang buruh traktor sawah, mengaku terbiasa dengan keberadaan kuntul kerbau. Dia menyatakan tidak terganggu. ”Ada traktor, dia (kuntul kerbau) datang,” katanya. (cr2/amd)