RADAR JOGJA – Kondisi rumah pemilik UD Sakinah, pasangan suami istri Indriyana Fatmawati dan Muh Wahyudi tampak suwung. Rumah mewah yang beralamatkan RT 01 RW 024 Dusun Sempu, Wedomartani, Ngemplak, Sleman ini sudah tak berpenghuni. Begitu pula toko sembako dan gudang yang berada di sisi utara rumah.

Tetangga sisi selatan rumah, Surtini menuturkan tidak mengetahui secara pasti waktu kepergian pasangan suami istri tersebut. Namun dia memastikan awal tahun keduanya masih terlihat. Bahkan aktivitas perekonomian di toko dan gudang sembako saat itu masih berjalan.

“Saya tidak tahu pastinya menghilang sejak kapan, tapi sepertinya minggu awal Januari. Tahunya saat ada banyak orang datang ke rumah dan gudang. Mereka mencari keberadaan bu Iin (Indriyana Fatmawati) dan pak Yudi (Muh Wahyudi),” jelasnya saat ditemui di kediamannya, Rabu (22/1).

Surtini mengungkapkan nasib tragis tak hanya dialami investor dan warga Dusun Sempu. Salah satu karyawannya juga menjadi korban. Sertifikat tanah dibawa kabur oleh pelaku. Awalnya digunakan sebagai jaminan pinjaman uang.

“Jadi ada karyawan pinjam uang sekitar Rp 10 juta jaminannya sertifikat tanah. Untuk modal menikah. Tapi sepertinya ikut dibawa setelah keduanya menghilang,” katanya.

Pasca menghilang, banyak orang berdatangan ke rumah pelaku. Hampir setiap hari para korban investasi mendatangi kediaman tersebut. Bahkan beberapa di antaranya sempat menunggu di depan rumah. Aktivitas tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

“Saat ini sudah agak sedikit, tapi kalau kemarin-kemarin itu banyak. Dari siang sampai sore ini, sampai ada yang nyanggong. Melihat ke dalam rumah dan gudang, juga bertanya tetangga kanan kiri,” ujarnya.

Pemantauan Radar Jogja, bangunan rumah terbagi dalam dua bagian. Sisi selatan merupakan kediaman bagi Indriyana Fatmawati dan Muh Wahyudi. Sementara sisi utara merupakan gudang dan toko sembako UD Sakinah.

Ketua RW 024 Sempu Suratmin, 55, menuturkan Indriyana Fatmawati dan Muh Wahyudi telah menjadi warganya sejak 2009. Luas tanah yang dihuni saat ini mencapai 350 meter persegi. Adapula rumah di sisi selatan kampung seluas 180 meter persegi.

“Mobil operasional dan mobil pribadi ada tujuh unit. Kesehariannya bekerja sebagai supplier sembako, buah dan sayur ke sejumlah hotel berbintang di Jogjakarta. Dulu bisnisnya jalan, tapi enggak tahu kok sekarang malah jadi kayak gini,” katanya.

Suratmin menceritakan awal mula kedatangan pasangan ini. Di awal bisnisnya hanya berjualan krupuk rambak. Sang suami berjualan keliling menggunakan bopong. Sementara sang istri berprofesi sebagai tukang urut khusus bayi dan perempuan.

“Lalu beralih jualan sayuran yang kulakannya di Pasar Stan Maguwoharjo. Pertengahan perjalanan bisnisnya melejit. Terakhir yaitu nyetori (Sembako) ke hotel-hotel,” ujarnya.

Kesehariannya sepasang suami istri tergolong santun. Selain sopan, srawung juga berpenampilan agamis. Bahkan kerap mengadakan sejumlah pengajian di kediamnnya. Memasuki bulan Ramadan selalu menggelar buka puasa bersama.

Suratmin mulai curiga saat korban-korban investasi mulai bermunculan. Posisinya sebagai Ketua RW kerap didatangi korbannya. Pria sepuh ini juga sempat memediasi antara pelaku dan korbannya. Hasilnya pelaku berjanji mengembalikan uang dalam rentang waktu tiga hari.

“Ternyata kok malah hilang (kabur), saya ingat kok itu 3 Januari. Nah setelah itu semakin banyak yang cari. Enggak cuma investornya tapi juga ada dari pihak bank hingga manajemen hotel,” jelasnya. (dwi/tif)