RADAR JOGJA – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogjakarta langsung menyisir lokasi penemuan arca nandhi dan agastya di Dusun Kalijeruk, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Hasilnya lokasi penemuan diduga merupakn komplek percandian.
Kepala Unit Penyelamatan, Pengembangan, dan Pemanfaatan BPCB Jogjakarta Muhammad Taufik memastikan kedua arca adalah peninggalan bersejarah. Dilihat dari bentuk dan jenisnya merupakan peninggalan era kerajaan Hindu.
“Kira-kira peninggalan abad 9 masehi, sejaman dengan Candi Kedulan, Candi Kimpulan dan Candi Morangan,” jelasnya ditemui di lokasi penemuan arca, Dusun Kalijeruk II, Widodomartani Ngemplak Sleman, Rabu (29/1).
Taufik menjelaskan ciri-ciri kedua arca yang identik dengan Hindu. Arca agastya berwujud orangtua gendut berjenggot dan membawa kendi. Sementara untuk arca nandhi berbentuk sapi. Keduanya merupakan kelengkapan dari sebuah candi yang menempel pada dinding candi. Arca agastya berada pada sisi selatan candi. Sedangkan arca nandhi bisa ditemukan di sisi barat candi.
“Harusnya ada lima, selain agastya dan nandiswara, adapula durga, ganesha dan kala. Biasanya ada lima di setiap sisi mata angin. Jadi dilihat dari dua arca ini, jelas kalau komplek ini ada candinya,” ujarnya.
Selama proses penyisiran, tim juga berhasil menemukan bongkahan batu candi. Tepatnya berada di sisi timur temuan awal. Posisi bongkahan-bongkahan batu berbentuk persegi tersebut acak. Adapula yang tersusun rapi.
Temuan ini semakin menguatkan hipotesa BPCB. Hanya saja belum bisa diketahui secara pasti ukuran candi. Terlebih bangunan inti dari candi belum bisa ditemukan. Sehingga dugaan awal antara candi perwara atau candi induk.
“Bisa dibuktikan saat ekskavasi nanti. Kalau berdasarkan temuan arcanya kemungkinan candi berukuran kecil. Tapi itu asumsi pertama. Bisa jadi ini hanya candi pewaranya atau nanti malah ada candi induknya yang lebih besar. Kami juga belum tahu,” katanya.
Taufik mencontohkan temuan Candi Kedulan. Awal penggalian hanya ditemukan candi induk. Setelah penggalian bergeser, ada temuan candi perwara. Timnya tengah menyusun perencanaan eskavasi setelah musim hujan.
“Nah saya takutnya ini yang ditemukan itu candi pewaranya, berarti ada candi induknya. Eskavasi dalam dekat ini tidak mungkin karena musim hujan. Paling cepat musim kemarau. Disatu sisi lokasi bukan milik kami, ada milik desa dan warga,” ujarnya. (dwi/tif)