PERUBAHAN iklim global yang signifikan berdampak pada ketidakpastian musim di seluruh belahan dunia. Ketidakpastian tersebut tentu mempengaruhi peningkatan risiko terjadinya bencana, termasuk di Indonesia.
Salah satu bencana yang menjadi masalah cukup serius di awal tahun 2020 adalah bencana banjir. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut telah terjadi 63 kasus bencana banjir di hampir seluruh wilayah Indonesia. Di beberapa daerah yang adanya banjir juga berpotensi memicu bencana lain seperti longsor. Kita ketahui bersama bahwa bencana akan berdampak kerugian harta benda dan korban.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi bahwa banjir masih akan terjadi di tahun-tahun yang akan datang. Mengingat banjir masih menjadi tren bencana yang cenderung positif atau selalu meningkat. Selain kondisi iklim global, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan masih menjadi penyumbang bencana banjir.
Pada dasarnya risiko banjir tidak dapat dihindari sepenuhnya, akan tetapi risikonya dapat dikelola dengan manajemen yang tepat. Manajemen risiko bencana banjir saat ini masih terpusat pada upaya kegiatan fisik seperti, pembuatan waduk, kanal, naturalisasi sungai, dan lain sebagainya. Saat ini partisipasi masyarakat dalam manajemen risiko banjir masih sangat rendah, padahal bencana banjir adalah tanggung jawab bersama. Hal tersebut terjadi karena masyarakat merasa menjadi korban dan tidak memiliki keahlian tanggap bencana.
Dalam menekan risiko bencana banjir, keterlibatan masyarakat sebagai akar rumput daerahnya harus dibangun. Manajemen risiko banjir berbasis masyarakat memposisikan masyarakat sebagai kelompok rentan sebagai pelaku utama dalam pengelolaan bencana.
Pelibatan tersebut meliputi proses identifikasi, analisa, penilaian risiko, tindakan pencegahan, dan pertolongan pertama. Pemerintah dalam hal ini perlu memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang manajemen bencana banjir. Hal tersebut sebagai bentuk penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Peran masyarakat menjadi penting mengingat datangnya bencana tidak dapat diprediksi dengan pasti. Pembangunan masyarakat yang paham akan risiko bencana banjir harus dilakukan untuk menekan kemungkinan jatuhnya korban dan kerugian akibat bencana banjir. (ila)
*Penulis merupakan mahasiswi Administrasi Publik UNY.