RADAR JOGJA – Penutupan pintu flushing Selokan Mataram Grojogan Sanggrahan Maguwoharjo Depok Sleman tak sepenuhnya mendapat restu dari warga. Salah satunya adalah Dukuh Nanggulan Maguwoharjo Sasminta. Dalihnya adalah stok air bagi petani ikan akan berkurang.
Perdebatan sempat terjadi saat Sasminta mempertanyakan kepada instansi terkait. Dia ingin ada solusi apabila pintu flushing tersebut ditutup. Terlebih ada 60 orang yang hidupnya mengandalkan usaha perikanan air tawar.
“Ada dua kelompok dengan hasil 25 ton sekali panen. Sumber air sepenuhnya dari Selokan Mataram. Kalau ditutup tentu banyak warga yang menderita kerugian. Saat ini posisinya pertengahan mau panen,” jelasnya, ditemui di lokasi penutupan pintu flushing, Senin (3/2).
Sasminta menuturkan usaha perikanan telah berlangsung selama 10 tahun. Dalam kurun waktu itu pula, sistem pengairan Selokan Mataram telah berlangsung. Air dari pintu flushing dialirkan melalui sungai dibawahnya.
Di satu sisi dia meminta dinas terkait bijak. Terlebih dalam kasus ini ada dua kebutuhan. Untuk pemenuhan pertanian dan juga perikanan air tawar. Dia tak ingin kebijakan berjalan sebelah pihak. Harapannya kedua jenis petani tetap mendapatkan haknya.
“Tadi sempat ada solusi dibuatkan sumur, semoga terealisasi. Lalu juga sempat disarankan beralih ke patin dan lele, karena kebutuhan airnya tidak banyak. Posisi saya disini menengahi, sebagai tangan pemerintah tapi juga menyuarakan suara warga,” katanya. (dwi/tif)