RADAR JOGJA – Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warga negara Indonesia yang berada di Tiongkok karena wabah virus korona dinilai tindakan yang tepat. Hal itu diungkapkan Staf Peneliti Institute of International Studies (IIS) UGM di bidang Ekonomi Politik dan Pembangunan Internasional Arindha Nityasari.

Dia mengungkapkan, langkah yang sudah diambil pemerintah Indonesia mengevakuasi warga negara Indonesia dari Wuhan adalah keputusan tepat, karena sudah menjadi kewajiban Indonesia untuk melindungi warga negaranya.

Kewajiban tersebut telah tertulis pada pasal 21 Undang-Undang No 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri, di mana pemerintah Indonesia wajib menjaga warga negara Indonesia dari suatu ancaman yang nyata.

”Dalam kasus ini berbentuk penyebaran wabah 2019-nCoV. Keputusan pemerintah juga disebut Arindha merupakan sebuah keputusan yang “cukup berani” mengingat risiko yang ditimbulkan dalam proses evakuasi tersebut, dimana terdapat tim evakuasi berisiko terpapar virus tersebut serta kemungkinan virus yang lolos deteksi pada WNI yang telah dievakuasi,” ungkapnya dalam pers rilis yang dikirimkan, Jumat (7/2).

Dia juga menjelaskan mengenai kebijakan travel ban oleh Pemerintah Indonesia baik dari maupun menuju China. Menurut Arindha, kebijakan ini dapat dijustifikasi karena ancaman 2019-nCoV yang telah melanda 7 negara anggota ASEAN, dan Indonesia memang harus merespons dengan cepat untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Selain itu, kebijakan ini juga memiliki momentum yang tepat karena mengandung dua nilai strategis. Pertama, pemberhentian yang dilakukan setelah evakuasi WNI berhasil dilakukan menghilangkan kemungkinan retaliasi dari Tiongkok. Kedua, kebijakan dibuat setelah pengumuman World Health Organization yang menyatakan kondisi darurat kesehatan global.

Namun, kebijakan travel ban tentunya menimbulkan beberapa pengaruh dalam hubungan Indonesia dan Tiongkok. Pertama, semakin meningkatnya sentimen anti-china di Indonesia karena eksistensi warga Tiongkok yang ada di Indonesia. Kedua, lesunya turisme yang diakibatkan oleh

absennya turis-turis asal Tiongkok yang selama ini telah menjadi salah satu penyumbang turisme bagi Indonesia, meskipun tidak akan bersifat permanen. Terakhir adalah kendala ekonomi yang muncul karena interdependensi ekonomi diantara kedua negara. Sebagai contoh, beberapa proyek pembangunan seperti proyek kereta cepat Indonesia tentunya akan ikut terpengaruh. (ila)