RADAR JOGJA – Suasana Jogjakarta sempat mencekam selama kurang lebih 1,5 jam. Hujan deras disertai angin kencang dan petir terjadi dalam kurun waktu itu. Imbasnya sejumlah wilayah terdampak muncul genangan air hingga pohon tumbang.
Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana mengakui adanya titik genangan air. Hanya saja kondisi tersebut cepat surut hingga menjelang sore. Timnya juga mendata puluhan pohon tumbang di sejumlah lokasi di Kota Jogja, Kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul.
“Kota Jogja terdeteksi ada 13 titik angin kencang. Dampaknya enam pohon tumbang terutama di sekitar Kridosono. Lalu ada empat rumah rusak, satu mobil tertimpa pohon dan jaringan listrik tertimpa pohon,” jelasnya, Jumat (14/2).
Pasar Beringharjo turut merasakan amukan hujan dan angin kencang. Genangan air masuk hingga kawasan los milik pedagang. Ketinggian air terdeteksi hingga mata kaki. Penyebabnya adalah luapan dari drainase setempat.
Selain itu juga terjadi luapan di sepanjang aliran Sungai Code. Walau begitu, Biwara memastikan status ketinggian air sungai dalam batas aman. Bahkan belum masuk ke permukiman warga.
“Pasar Beringharjo tadi sempat meluap air drainasenya. Lalu terjadi pula peningkatan volume air Sungai Code dan Sungai Gajahwong. Tapi masih dalam ambang normal,” ujarnya.
BPBD DIJ turut mencatat adanya titik terdampak di wilayah Sleman. Berupa 27 titik angin kencang. Imbasnya merusak dua tempat usaha, enam akses jalan, lima jaringan listrik, dua jaringan telepon dan duapuluh rumah rusak.
Tercatat pula satu unit tempat ibadah rusak, satu reklame roboh dan dua fasilitas umum rusak. Korban luka tercatat satu orang. Sementara jumlah pohon roboh mencapai 22 pohon.
“Kalau Bantul tercatat ada 23 titik angin kencang. Menyebabkan 23 pohon tunbang, dua rumah rusak, satu sekolah tertimpa pohon, dua jaringan listrik rusak akibat tertimpa pohon,” katanya.
Untuk penanganan dilakukan lintas instansi. Jajarannya terus berkoordinasi dengan BPBD satuan wilayah, termasuk melibatkan tim relawan hingga Polisi dan TNI. Evakuasi pertama berupa membuka akses jalan. Khususnya yang tertutup pohon roboh di sejumlah titik.
Biwara memberikan sejumlah catatan. Berupa normalisasi fungsi jalan dan drainase. Adapula pemangkasan tanaman yang patah hingga pemantauan daerah aliran sungai.
“Langsung bergerak cepat, berupa pemotongan pohon, pengondisian jalan, assessment, pantauan situasi dan koordinasi antar stakeholder,” ujarnya. (dwi/ila)