RADAR JOGJA – Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi meminta masyarakat agar mengubah mindset tentang sampah. Bukan lagi membuang tapi mengelola dan mengolah jadi nilai guna, untuk mengurangi angka produksi sampah setiap harinya.  Heroe mengakui bahwa produksi sampah kota Jogja tergolong tinggi. Sayangnya tidak semua masyarakat sadar dalam menyikapinya. Salah satu sikap yang belum hilang adalah buang sampah di sembarang tempat.

“Tiga hari lalu beberapa titik di Kota Jogja agak banyak genangan airnya. Sebagian besar muncul dari selokan dan parit yang meluap. Saat diperiksa ternyata tersumbat sampah dan air tidak mengalir sewajarnya,” jelasnya, ditemui di kawasan Jalan Margo Mulyo, Selasa (18/2).

Fakta ini setidaknya bisa menjadi catatan penting. Tidak hanya bagi pemerintah tapi seluruh elemen masyarakat. Bahwa masalah sampah selayaknya menjadi tanggung jawab semua pihak.

Paradigma mengelola dan mengolah sampah sejatinya sudah ada. Hanya saja belum terimplementasi dengan baik. Baik oleh masyarakat maupun oleh pengampu kebijakan.

“Mengubah paradigma masyarakat tentang sampah. Sehingga tidak lagi memproduksi tapi memanfaatkan agar memiliki nilai guna. Setidaknya volume sampah di masyarakat bisa dikurangi,” ujarnya.

Pesan ini tersampaikan juga dalam kegiatan Paguyuban Bank Sampah Jogjakarta. Menyambut Selasa Wage, ratusan warga terlihat melakukan reresik Malioboro. Selain itu juga mengadakan fashion show berbahan baku barang bekas.

Ketua Paguyuban Bank Sampah Jogjakarta Istiaji menuturkan Malioboro adalah jendela wisata Jogjakarta. Maraknya kunjungan wisata berimbas pada produksi sampah. Hampir seluruh titik bisa ditemui sampah berserakan.

“Kami pilih Selasa Wage karena sekalian ingin mensosialisasikan Jogjakarta yang bersih dari sampah kepada masyarakat yang hadir di Selasa Wage,” katanya.

Dalam acara ini paguyuban menghadirkan 50 kreasi mendaur ulang sampah. Warga, lanjutnya, bisa memilih jenis pelatihan. Beberapa di antaranya seperti pembuatan pelet, ecobrick, pupuk, pembuatan tas, sandal dan lainnya.

Wujud kreasi para penggawa paguyuban memang tak asal ucap. Beberapa karya yang hadir di antaranya meja dan kursi dari botol bekas. Adapula ragam produk fashion yang berbahan plastik, kardus hingga kaset CD bekas.

“Saat bisa mengolah secara maksimal akan memberikan beragam nilai. Selain pengurangan volume sampah juga nilai ekonomi. Beragam produk daur ulang bisa dijual kembali ke segmen pasar tertentu,” katanya. (dwi/tif)