RADAR JOGJA – Kopi merupakan salah satu komiditas pertanian yang ditawarkan dalam pengembangan wisata di Kabupaten Magelang. Kedai-kedat kopi pun bermunculan.

Pengelola Kedai Omah Kopi Agustinus Edi Suryono menjelaskan, saat ini berusaha membangun identitas Kopi Borobudur sebagai potensi lokal. Saat ini pemasaran kopi yang dikelola unit usahanya sudah mencapai tahap pemasaran yang cukup mapan. Setidaknya, dia mampu menjual 50 kilogram biji sangrai maupun bubuk.

”Awalnya ada barista yang datang ke sini. Lalu, saya diajari untuk mengoperasikan alat. Dari situ, saya mencoba sendiri,” jelasnya.

Unit bisnis yang dikelola Agustinus juga menyajikan kopi seduh. Kopi yang siap diminum di kedai.

Kepala Dusun Keruk Batur Yulius Ismoyo menjelaskan, dia mulai melirik bisnis kopi pada 2015. ”Saat itu kami ikut pameran. Hasil pameran itu saya pakai untuk modal untuk mengembangkan kemasan biji sangrai tradisional pakai wajan tanah,” jelasnya.

Setahun berselang, dia berusaha mengajukan program ke manajemen TWC Borobudur. Mulai 2017, dia mendapatkan bantuan mesin untuk pengolahan pascapanen kopi. Mulai dari pengupas biji kopi sampai alat sangrai.

Kopi yang dikembangkannya diberi merek Borobudur Coffee. Harganya dibanderol Rp 20 ribu dengan bobot 100 gram dalam bentuk bubuk untuk jenis robusta. Sedangkan jenis arabika dijual Rp 25 ribu.

Selain itu, dia juga menjual biji sangrai robusta. Harganya Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan jenis arabika dihargai Rp 200 ribu. (asa/amd)