RADAR JOGJA – Para keluarga menyesalkan kegiatan susur sungai yang diadakan oleh pihak pembina Pramuka SMPN 1 Turi. Terlebih saat itu cuaca sedang tak menentu. Dimana kondisi puncak Merapi sedang terjadi hujan intensitas lebat.
Salah satunya adalah Agus Ariyanto, kerabat dari korban Vanesha Dida. Pria berusia 40 tahun ini menyayangkan keputusan pembina Pramuka yang tetap melanjutkan kegiatan walau dalam kondisi cuaca rawan.
“Disayangkan iya, karena membuat kegiatan susur sungai tapi saat musim penghujan. Kedepan seharusnya hati-hati dan lebih bijak,” jelasnya, Sabtu (22/2).
Disinggung niat lanjut jalur hukum, keluarga, lanjutnya, belum mengiyakan. Agus menuturkan keluarga menganggap tragedi ini sebagai kecelakaan. Walau tetap ada catatan atas kegiatan susur sungai.
“Tidak perlu (sampai) menuntut. Kondisi kedua orang tua pak Suparto dan Bu Tri Ariyanti sudah lebih baik. Tapi memang masih syok, sehingg saya yang diminta kesini (SMPN 1 Turi), ” ujarnya.
Pemakaman Vanesha sempat menemui kendala. Awalnya keluarga melapor kehilangan anggota keluarga. Saat dicek ternyata jenazah sang keponakan justru dimakamkan oleh keluarga korban lainnya.
Agus menuturkan Vanesha sempat dimakamkan di Kembangarum Donokerto. Pemakaman berlangsung Jumat malam (21/2) tepatnya pukul 19.30. Keluarga meminta agar kuburan dibongkar untuk dibawa ke kediaman aslinya.
“Kami baru ketemu dan identifikasi kalau itu jenasah Vanesha jam 02.30 (Sabtu dini hari). Tadi sudah kami kuburkan ulang jam 11.30. Kediamannya Glagahombo Girikerto Turi,” katanya.
Ade Kurniati kerabat dari korban atas nama Nur Azizah juga belum memastikan langkah hukum. Kedua orang tua korban belum menuturkan kepastian kepada keluarga besar. Apakah melanjutkan dengan laporan kepolisian atau sebaliknya.
“Orangtuanya belum bisa bicara banyak, masih syok. Kebetulan Nur Azizah itu anak satu-satunya” katanya. (dwi/tif)