RADAR JOGJA – Rutinitas memancing Sudarwanto di Jumat sore (21/2) tak seperti biasanya. Kala itu bermodalkan sebuah joran pancing, kail dan umpan, dia mendatangi Sungai Sempor di Dusun Dukuh Donokerto Turi. Baru menginjakan kaki, pria berusia 37 tahun ini mendengar suara minta tolong dan tangisan.
Sontak dia berlari menuju arah sumber suara. Tak disangka, puluhan anak berseragam pramuka telah hanyut. Tanpa berpikir lama, pria yang akrab disapa Kodir ini langsung membuang perlengkapan mancingnya. Dia langsung menceburkan diri ke sungai tersebut.
“Awalnya mau mancing ikan, tapi sebelum sampai lokasi malah dengar suara teriakan dan tangisan dari sungai. Seingat saya jam 3 sore. Saya langsung lari cari jalan yang aman untuk turun dari tebing sungai. Lewat kebun-kebun salak milik warga,” kisahnya, ditemui di kediamannya di RT 05/RW 26 Dusun Kembangarum Wetan Kali, Donokerto Turi Sleman, Senin (24/2).
Satu-satunya andalan Kodir dalam melakukan penyelamatan hanya tubuhnya. Pria kelahiran 1983 ini berenang melawan arus sungai. Satu persatu siswa pramuka dia selamatkan. Ada yang digandeng, digendong bahkan dibopong.
Setibanya di sisi utara, arus sungai semakin deras. Ini menyulitkan langkah penyelamatan para siswa. Kodir memutuskan untuk menaikan para siswa ke batu dan tebing sungai. Selanjutnya bersama warga lainnya dia mengambil tangga dan bambu.
“Saat itu sungainya deras dan gerimis. Tangga dan bambu dari warga sekitar. Dipakai untuk memindahkan anak yang sudah ditolong dan dievakuasi dulu ke atas bebatuan. Agar bisa pindah dan naik ke tebing pinggiran sungai,” katanya.
Kodir menggambarkan kondisi saat itu benar-benar kacau. Tangisan dan teriakan minta tolong terdengar di sepanjang aliran Sungai Sempor. Anak pasangan Madyo Sumarto, 85 dan Sukiyem, 75 ini mengaku sempat kewalahan. Terlebih mayoritas siswa berada di tengah aliran sungai.
Anak kelima dari tujuh bersaudara ini mengakui ada peningkatan air sungai. Terbukti dari keruhnya aliran air sungai. Ditambah adanya peningkatan debit air sungai dari biasanya. Untungnya ada sang adik Tri Nugroho, Santoso, 23, ikut bersamanya.
Warga, lanjutnya, bergerak cepat dalam evakuasi. Mereka terbagi dalam tiga zona pertolongan pertama. Sisi utara, tengah dan sisi selatan atau tepatnya jembatan Sungai Sempor. Dalam kejadian ini, mayoritas siswa hanyut di sisi utara dan tengah.
“Saya menyelamatkan yang di tengah aliran, adik yang di pinggir sungai. Saat itu ketinggian air sungai dua meteran. Medannya berbatu terjal semua. Ada beberapa siswa yang pingsan lalu saya bopong dan gendong,” ujarnya.
Kawasan sungai tersebut memang sudah menjadi sahabat bagi Kodir. Sejak kecil dia kerap menghabiskan waktu di sungai yang berhulu Gunung Merapi ini. Tak hanya memancing tapi juga berenang dan mandi.
“Hampir setiap hari mancing di sungai Sempor kalau pekerjaan sudah selesai. Ikannya lele, kepek, wader, banyak jenisnya. Sudah dari kecil main di sini (Sungai Sempor) jadi sudah tahu karakter sungainya,” katanya. (dwi/tif)