RADAR JOGJA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menambah jumlah rumah sakit (RS) rujukan untuk menangani pasien yang diduga terinfeksi Coronavirus Disease (Covid-19) atau korona. Ada penambahan sebanyak 32 RS di mana sebelumnya terdapat 100 RS rujukan. Untuk DIJ, ada dua RS rujukan baru yang telah ditunjuk.
Dengan demikian RS rujukan yang ada DIJ saat ini meliputi RSUP Sardjito sebagai RS rujukan tertinggi; RSUD Panembahan Senopati, Bantul; RSUD Wates, Kulonprogo; dan RSUD Kota Jogja. “Berarti ada empat (RS rujukan) di DIJ. Sesuai surat keputusan Kemenkes,” papar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIJ Pembajun Setyaningastutie, di Kompleks Kepatihan, Kamis (5/3).
Sebelumnya, Kemenkes berencana menunjuk RSUD Wonosari, Gunungkidul, menjadi RS rujukan. Namun berdasarkan draf kebijakan terbaru, posisinya digantikan oleh RSUD Kota Jogja.
Ada beberapa alasan mengapa RS itu ditugasi menjadi RS rujukan. Yakni ketersediaan sarana dan prasarana termasuk adanya ruang khusus atau isolasi. RS juga dianggap memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. “Salah satunya ketersediaan dokter spesialis paru-paru atau dokter penyakit dalam yang memiliki cukup kompetensi dan kemampuan untuk merawat pasien,” tandasnya.
Dengan adanya penambahan RS rujukan di beberapa daerah, diharapkan mampu meningkatkan respons terhadap penanganan wabah Covid-19. Sebab bila ada pasien yang teridentifikasi, diharapkan tak akan mengalami perjalanan jauh saat dirujuk ke RS.
Perjalanan jauh meningkatkan risiko terjadinya kontak antara pasien dan individu lain. “Jadi risiko penularannya besar. Harapannya pasien yang teridentifikasi bisa segera dibawa ke tempat terdekat. Terutama di RS rujukan yang ada,” tuturnya.
Pembajun kembali mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dalam menyikapi pemberitaan terkait wabah virus korona. Sebab ada hal yang luput dari perhatian masyarakat, yakni angka kesembuhan yang tinggi dibandingkan angka kematian. “Kalau disampaikan (media) angka kematian besar, angka kesembuhannya pun jauh lebih besar,” tegasnya.
Pambajun lantas mengutip data dari Shanghai Jiao Tong University. Berdasarkan laporan 29 Februari lalu, terdapat 85.726 individu terinfeksi Covid-19 di mana 39.797 orang dinyatakan pulih. Artinya ada sekitar 45 persen pasien yang kembali sehat. Jumlah kesembuhan diperkirakan terus meningkat. Fatality rate atau tingkat kematian di luar wilayah Wuhan pun hanya berkisar 0,7 persen.
Dia melanjutkan, untuk individu usia produktif dengan rentang umur 20-49 tahun terdapat 0,2 persen populasi yang terinfeksi korona. Untuk usia 40-49 tahun ada 1,3 persen terinfeksi. Usia 60-69 tahun terdapat 3,6 persen terjangkit korona dan usia 70-79 ada 8 persen yang terinfeksi. Sedangkan usia di atas 80 tahun ada 14 persen yang positif.
“Berdasarkan kondisi ini, dari usia produktif tadi, kematiannya hanya sekitar 0,0014 persen. Sebagian besar kematian dilaporkan pada orang berusia 80 tahun atau lebih. Atau yang memiliki penyakit serius,” tuturnya.
Dokter Spesialis Paru Konsultan RSUP Sardjito Ika Trisnawati menambahkan, sebelumnya ada beberapa jenis virus korona yang pernah merebak secara global. Di antaranya MERS-CoV dan SARS-CoV. SARS memiliki risiko kematian sebesar 9,4 persen, MERS sebesar 34,4 persen, sementara Covid-19 hanya sebesar 2 persen hingga 3 persen.
“Angka kesembuhan lebih besar dari angka kematian. Yang meninggal kebanyakan adalah usia lanjut di atas 60 tahun. Juga yang sudah memiliki penyakit kronis,” paparnya.
Menurutnya, kecemasan dan ketakutan berlebih terhadap wabah korona akan membuat suasana menjadi keruh. Dibuktikan dengan adanya aksi panic buying. Masyarakat di sejumlah daerah menyerbu toko sembako untuk mencari bahan pokok, setelah pemerintah mengumumkan Indonesia positif korona.
Surat bebas korona pun ikut diburu. Padahal sebagian besar individu tak pernah melakukan kunjungan di wilayah endemik atau berinteraksi dengan individu dari negara terjangkit. “Ada juga yang menimbun masker sehingga stoknya menjadi langka. Padahal ada orang lain yang membutuhkan,” katanya.
Padahal beberapa cara sederhana bisa diterapkan untuk mencegah terjadinya infeksi. Yakni meningkatkan daya tahan tubuh, rajin mencuci tangan dengan sabun dan antiseptic, batuk beretika, dan menerapkan gaya hidup sehat. (tor/amd)