RADAR JOGJA – Jembatan Songgolono di Padukuhan Ngepet, Srigading, Sanden, Bantul, ambrol Senin (9/3). Meski tak ada korban jiwa atas peristiwa tersebut, adanya talut longsor dan retakan tanah dilokasi tersebut dapat mengancam rumah warga yang ada di sekitar. Pasalnya, talut longsor tersebut hanya berjarak kurang lebih dua meter dari bibir talut anak Sungai Winanga.
Salah satu warga yang rumahnya terancam, Kasinah mengatakan, kejadian terjadi sekitar pukul 06.00. Sebelum kejadian diketahui jembatan tersebut sudah melengkung di bagian Utara. saat sedang memasak dia mendengar dua kali gemuruh di luar rumahnya. Gemuruh yang pertama kali dia tengok dan mendapati jembatan mulai melengkung dan tanah bagian utara juga mulai ambles. “Denger lagi gemuruh yang kedua. Pas saya tengok setengah badan jembatan udah ambrol. Beruntung pas ambrol, warga yang melintas selamat karena posisinya sudah sampai jalan,” ungkap Kasinah di rumahnya, Senin (9/3).
Tak hanya itu, sekitar pukul 11.00 juga terjadi longsoran talut bagian barat. Retakan tanah pun mulai timbul. Dia khawatir jika hujan intensitas tinggi kembali mengguyur dapat mengancam rumahnya yang berjarak sekitar dua meter dari bibir sungai.
Kelompok Giat Padukuhan Ngepet Subandi mengatakan, runtuhnya jembatan disebabkan oleh tanah yang terkikis. Selain itu juga berdasarkan usia. Karena selama ini, belum pernah dilakukan rehabiliasi bangunan fisik. Sementara pemeliharaan hanya sekedar membersihkan sampah yang menyangkut di bagian penyangga jembatan. Dia menyebut, jembatan itu memiliki panjang kurang lebih 12 meter dengan lebarnya 2 meter. “Kalau yang roboh itu sekitar enam meter. Hanya setengahnya,” ungkap dia.
Dukuh Ngepet Dalijo menjelaskan, jembatan ambrol lantaran sudah berumur tua. Berumur 31 tahun. Jembatan tersebut dibangun menggunakan dana swadaya masyarakat. Diresmikan pada tahun 1989.
Jembatan tersebut menjadi akses penghubung RT 58, 59 dengan RT 60, 61, 63. “Ini jembatan vital. Jalur sekolah dan jalur aktivitas warga,” katanya.
Warga berharap, pemerintah dapat membantu memberikan solusi. Agar dibangunkan jembatan darurat sementara.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP) Bantul Yitno mengatakan, jembatan itu bukan kewenangan Pemerintah Daerah (Pemda) Bantul karena berlokasi di jalan kampung, bukan jalan kabupaten. Sehingga, tidak bisa ditanani DPU. Selain itu, juga tidak bisa diakses dari bantuan Bina Marga, karena jembatan dibangun menggunakan dana swadaya masyarakat. Salah satu caranya bisa mengajukan bantuan kebencanaan lewat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul. “Monggo segera diajukan,” ujar Yitno yang saat itu tengah memantau lokasi.
Dihubungi terpisah, Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, jika jembatan tersebut menjadi kebutuhan mendesak masyarakat, bisa dilakukan penanganan darurat. Disebutkan, penangan jembatan darurat bisa mengakses dana kebencanaan. “Tersedia Rp 400 jutaan untuk penanganan jembatan darurat. Termasuk infrastruktur Jembatan Ngepet,” tuturnya. (mel/bah)