RADAR JOGJA – Beberapa agenda di Malioboro yang sudah terencana dalam waktu dekat, dibatalkan. Ini karena untuk meminimalisasi merebaknya virus korona di pusat wisata Kota Jogja.

Kepala UPT Malioboro Ekwanto mengatakan, beberapa agenda besar di Malioboro di-cancel sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ada lima agenda besar dalam waktu dekat. “Kecuali satu agenda tetap berjalan,” katanya saat dihubungi Radar Jogja, Minggu (15/3).

Dia menjelaskan lima agenda besar salah satu di antaranya tetap berjalan sesuai rencana. Empat di antaranya sudah terkonfirmasi penundaan dan sedang proses pengajuan untuk penundaan. “Beberapa agenda ini besar menghadirkan menteri kesehatan, pejabat DIJ dan kota Jogja,” ujarnya.

Satu agenda yang tetap berjalan yakni mangayubagya tingalan jumenengan Sultan HB X pada 24 Maret. Adapun yang masih dalam proses pengajuan surat izin rekomendasi untuk penundaan yaitu pawai Hari Raya Nyepi, 21 Maret. Dan kegiatan Pencerahan Nglithih. “Ini baru mau ajukan izin, kami sarankan di hari lain atau ditunda,” jelasnya.

Sedangkan kegiatan yang sudah terkonfirmasi ditunda yakni Hari Tuberculosis (TB) Nasional menghadirkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, 22 Maret. Dan launching kawasan tanpa rokok (KTR) Malioboro, 22 Maret. “Agenda besar ini sudah kami mohon ditunda dan tidak ada persoalan,” katanya.

Pihaknya juga telah mengupayakan hal lain untuk mencegah potensi penularan Covid-19 di Malioboro yang menjadi pusat pertemuan banyak wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan berkomitmen di beberapa titik Malioboro dipasang media cuci tangan dengan sabun di air mengalir. Juga penyediaan antiseptik terlebih untuk pedagang kaki lima (PKL) kuliner. “Alhamdulillah sampai hari ini (kemarin sore, Red) medianya semua bisa terpasang di 35 titik di Malioboro,” terangnya.

Beberapa titik itu dengan pertimbangan memungkinkan untuk ditempati media tersebut dan mudah dilihat oleh pengunjung. Sebagai bukti bahwa Malioboro tetap nyaman, aman, dan kondusif untuk dikunjungi masyarakat domestik maupun mancanegara. Serta dalam rangka menjaga kebersihan dan higienitas kuliner di kawasan Malioboro, khususnya bidang kuliner. “Jadi agar para pengunjung nyaman dan aman,” ucapnya.

Dia juga mengintruksikan komunitas PPMAY agar di pintu masuk toko dan hotel disediakan media untuk membersihkan tangan sebagai bentuk dan wujud nyata penanggulangan merebaknya virus korona.

Sementara Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) Desio Hartono Wati menyatakan ikut berkomitmen untuk memerangi Covid-19. Di lapaknya telah disediakan media cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan antiseptik. “Kalau ada pengunjung ke sini, kami semprotkan tangannya dulu supaya bersih,” katanya.

Merebaknya virus korona ini diakui menyebabkan kunjungan wisatawan ke lapak lesehannya menurun. Meski belum signifikan, omzet yang diterima tidak sebanding dengan hari-hari biasa. “Ya nggak banyak sih (turunnya). Kalau turun, ya pasti turun,” ungkapnya.

Sedangkan Ketua Koperasi Persatuan Pedagang Kaki Lima Yogyakarta ( KPPKLY) Wawan Suhendra menuturkan, salah satu titik yang disediakan media cuci tangan adalah unit 37 yaitu kelompok PKL kuliner sisi selatan Pasar Beringharjo. Sementara baru beberapa anggota yang sudah melaksanakan instruksi itu, tetapi kelompok lain akan menyusul.

Salah seorang pengunjung dari Nganjuk (Jawa Timur) Hendy mengungkapkan, ia tidak merasa khawatir untuk berkunjung ke Jogja selagi merebaknya Covid-19. Selain sudah mengetahui cara menjaga kesehatan, juga merasa nyaman dengan fasilitas media cuci tangan yang disediakan pemerintah kota. Apalagi tempat publik menjadi pertemuan banyak orang dari daerah manapun. “Ya ini bagus sekali. Kami nggak harus masuk ke toilet dulu mau cuci tangan. Sangat membantu,” ujarnya. (wia/laz)