RADAR JOGJA – Ditemukannya satu pasien posiitf terkena korona membuat kewaspadaan ditingkatkan. Termasuk di wilayah Kota Jogja. Masyarakat diimbau tidak panik dan tetap melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti menyebut, sudah mengkonsolidasikan aparatnya untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran korona. Tapi dia juga meminta warga Kota Jogja untuk menerapkan PHBS. “Antisipasi tak cukup hanya bersih-bersih tempat umum, tapi juga harus dibarengi perilaku warganya,” pesan HS, Minggu (15/3).

HS mencontohkan, PHBS saat ini dengan selalu mencuci tangan dengan sabun. Kemudian tidak mengusap mata, hidung dan mulut. Juga membersihkan toilet, ganggang pintu, pagar, tombol atau benda lain yang sering dipegang. “Untuk sementara juga mengurangi salaman dan cipika cipiki, diganti dengan penghormatan sembah,” paparnya.

Menurut dia, wilayah Kota Jogja saat ini masih tetap ramai dikunjungi wisatawan. Dia pun berpesan, supaya obyek wisata dan tempat fasilitas umum yang banyak dikunjugi orang untuk menyediakan hand sanitizer. “Terutama di hotel, restoran, mal, toko, sekolah dan setiap event yang melibatkan massa,” pesannya.

Sebanyak 18 Puskesmas di Kota Jogja pun sudah disiapkan. Begitu pula PSC 119, RS Pratama dan RS Jogja. Serta bekerja sama dengan RS swasta. Dia juga meminta masyarakat yang merasakan gejala demam, batuk, pilek, sesak nafas, seperti gejala korona memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Antisipasi juga dilakukan di seluruh pasar tradisional di Kota Jogja. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Jogja Yunianto Dwi Sutono melakukan langkah-langkah preventif untuk antisipasi secara internal dan eksternal. Salah satunya mengupayakan beberapa pasar terpasang alat pengukur suhu tubuh. “Langkah eksternal kami akan pengadaan peralatan ukur suhu tubuh,” kata Yunianto dihubungi usai rapat koordinasi bersama Tramtib, petugas kebersihan, dan lurah pasar.

Yunianto menjelaskan, sedikitnya ada empat pasar yang akan diprioritaskan diberikan alat pengukur suhu tubuh thermometer infrared maupun termogram. Meliputi pasar Beringharjo, Pathuk, Kranggan, dan Demangan. Dengan pengadaan alat ukur ini, maka dapat mendeteksi awal pengunjung yang masuk ke pasar. “Nanti diupayakan ada petugas disana. Minimal mengawasi (pengunjung) yang merasa suhunya tinggi kami cek di sana,” ujarnya.

Menurut dia, pasar berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. Dibutuhkan langkah preventif dan terukur terkait dengan merebaknya korona yang dimungkinkan bisa terjadi di pasar. “Karena kami sesuaikan dengan anggaran nanti. Paling tidak prioritas ya Beringahrjo karena yang banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai negara,” jelasnya.

Sedangkah langkah internalnya, terhadap 30 pasar di Kota Jogja. Kepada petugas atau karyawan Disperindag agar menyediakan antiseptik dan sabun cuci tangan, kaos tangan bagi petugas atau karyawan di lapangan yang berhubungan langsung dengan para pedagang dan pembeli.

Menyiapkan wastafel atau bak air yang sudah ada untuk lebih dintensifkan. Diwajibkan memakai masker bagi yang sedang sakit, membersihkan bagian-bagian fasilitas umum yang beresiko disentuh oleh publik secara rutin. Keamanan dan ketertiban serta kooridnator pasar agar mengedukasi pedagang untuk menjaga kebersihan.

Pengendali Keamanan Pasar Beringharjo, Teguh Kahono mengatakan, pintu-pintu kecil yang biasanya terbuka secara umum kemungkinan akan ditutup dengan penjagaan petugas. Pintu utama pasar Beringharjo akan dibuka dan beberapa titik lainnga ditutup. Penjagaan ini direncanakan akan dimulai shift siang hari ini (16/3). “Kalau alatnya tetap kami masih nunggu. Tapi pastikan dibuka hanya pintu utama dan sisi selatan tapi dengan penjagaan ketat,” imbuhnya. (wia/pra)