RADAR JOGJA – Pemerintah Provinsi DIJ berencana menambah ruang isolasi utama untuk penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Terpusat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) Hardjolukito. Totalnya sebanyak 150 ruangan isolasi bagi pasien Covid-19.
Kebijakan ini bertujuan agar penanganan dan penyembuhan pasien positif Covid-19 lebih terpusat. Selain itu juga memudahkan tindakan medis dalam melakukan penanganan.
“Adanya tambahan (kapasitas) kamar (ruang isolasi) yang besar memungkinkan lebih bisa berkonsentrasi untuk pelayanan. Agar pasien tidak tersebar juga,” jelasnya, ditemui di Bangsal Komplek Kepatihan Jogjakarta, usai Sapa Aruh Cobaning Gusti Allah awujud Virus Corona, Senin (23/3).
Pemusatan ini tentu memudahkan alur komunikasi. Terutama antar instansi kesehatan yang menangani Covid-19. Termasuk adanya rujukan dari instansi kesehatan yang belum berkompeten menangani virus asal Wuhan Tiongkok ini.
“Sehingga sumber daya manusianya, baik perawat, dokter dengan segala kelengkapannya yang ada bisa kita konsentrasikan, tidak terlalu menyebar. Harapannya juga agar tenaga medis tidak terlalu lelah,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIJ Pembajoen Setiyaning Astutie memastikan penambahan ruang isolasi telah matang. Tahapan akhir tinggal menunggu persetujuan dari Gubernur DIJ. Tercatat ada 150 ruang isolasi Covid-19 yang disiapkan oleh RSPAU Hardjolukito.
Walau begitu penambahan ini tak berdampak pada operasional rumah sakit rujukan lainnya. Artinya penanganan pasien dalam pengawasan maupun pasien positif Covid-19 tetap berjalan. Tercatat saat ini ada 25 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jogjakarta.
“Rumah sakit yang sekarang sudah merawat (pasien), enggak apa (pasien) tetap di situ,” katanya ditemui di komplek Kantor Kepatihan Jogjakarta.
Keberadaan ruang isolasi RSPAU Hardjolukito, lanjutnya, ibarat rencana strategis utama. Perannya mengatasi apabila terjadi lonjakan pasien. Penerapan ini telah melalui kajian secara mendalam oleh lintas instansi dan pakar ahli.
“Kalau terjadi peningkatan eskalasi besar jumlah PDP maupun positif (Covid-19 di semua rumah sakit. Maka akan kami larikan ke sana (RSPAU Hardjolukito). Mereka sudah siap, ada dokter penyakit dalam, paru, dan anak masih ditambah fasilitas memadai,” ujarnya.
Tak hanya RSPAU Hardjolukito, Dinkes juga mendorong rumah sakit rujukan lainnya. Tentunya sesuai dengan kapasitas ruangan, fasilitas hingga tenaga medis yang dimiliki. Salah satunya adalah penggunaan ruang isolasi pasien tuberculosis milik RS Sardjito.
Jogjakarta saat ini memiliki 25 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Empat rumah sakit ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Sisanya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur DIJ.
“Sardjito juga sudah menyiapkan ruang isolasi tambahan. Hampir 30an ruangan. Sebelumnya merupakan ruang isolasi pasien TB ( tuberculosis),” katanya.
Di satu sisi masih ada kegalauan yang menaungi Pembajoen. Pengadaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang minim. Padahal baik dokter maupun perawat harus intens dalam melakukan perawatan pasien Covid-19.
Dia berharap rencana pemerintah pusat atas bantuan APD segera terealisasi. Pembajoen mengakui ada bantuan dari pemerintah pusat atas permasalahan ini. BNPB menyiapkan 1.000 APD, sedangkan Kemenkes sebanyak 200 APD.
“Kalau saat ini masih cukuplah, tapi kami tetap pesan. Antisipasinya mulai dari klinik sudah memisahkan untuk krusial dan tingkat keparahan. Kalau mau ideal semuanya memang tidak cukup,” curhatnya. (dwi/tif)