RADAR JOGJA – Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja turut mengantisipasi lonjakan perantau di wilayahnya. Berupa penguatan peran gugus tugas di tingkat kecamatan hingga kelurahan. Selanjutnya koordinasi kepada seluruh pengurus RT dan RW di wilayah masing-masing.
Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi memastikan antisipasi berlangsung kompleks. Dia telah meminta agar seluruh pengurus RT dan RW berperan aktif. Diawali dengan pendataan para perantau yang pulang ke kampung halaman.
“Ya sudah kami antisipasi, dengan pembentukan gugus tugas di tingkat kecamatan dan kelurahan. Mereka kami pastikan untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas terdekat,” jelasnya, Kamis (26/3).
Heroe menuturkan seluruh pasien dalam pengawasan (PDP) maupun positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berasal dari luar Jogjakarta. Memiliki riwayat berpergian ke wilayah terdampak maupun sejarah interaksi sosial. Terbukti dari adanya kasus PDP maupun positif Covid-19 di Kota Jogja.
Kebijakan ini ditempuh usai berkaca pada kejadian di Milan Italia. Begitu lockdown diberlakukan justru ada peningkatan jumlah PDP maupun positif Covid-19. Usut punya usut, terjadi lonjakan kepulangan perantau ke daerah asal.
“Begitu Milan di Lockdown banyak warganya yang mudik. Mereka ini justru jadi carier dan menyebarkan di tempat dia kembali ke kampung. Inilah yang coba kami antisipasi agar semuanya merasakan kenyamanan. Jangan sampai Jogjakarta seperti itu,” katanya.
Terkait arus perantau, belum terpantau masif. Salah satu acuannya adalah Terminal Giwangan. Heroe memastikan tidak ada arus bus yang membawa pemudik. Bahkan ada kebijakan tidak melayani arus yang mudik.
Selain itu juga pantauan arus kendaraan di jalan raya. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Jogja ada penurunan drastis volume kendaraan. Fakta ini turut menjadi indikasi tidak ada lonjakan perantau dengan kendaraan pribadi.
“Saat ini di Jogja arus lalu lintas hanya 30 sampai 40 persen dari kondisi normal. Sementara di Kereta Api, sedang kami lalukan progres seberapa banyak yang telah melakukan pembatalan. Sebab informasinya banyak terjadi pembatalan mudik,” ujarnya.
Lonjakan perantau justru terlihat di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Mayoritas menggunakan jasa transportasi bus. Baik untuk rute kedatangan pagi maupun malam hari.
“Ada tiga kecamatan yang mengalami lonjakan pendatang, Kecamatan Playen, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu. Tercatat ada sekitar 1.188 orang, tentu ini jadi prioritas untuk pemantauan kesehatan,” jelas Bupati Gunungkidul Badingah.
Upaya preventif juga dilakukan oleh jajaran penegak hukum. Berupa pendataan seluruh perantau yang kembali ke kampung halaman. Tak hanya itu, adapula himbauan untuk pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit atau puskesmas.
Kabid Humas Polda DIJ Kombespol Yuliyanto memastikan timnya akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Selain itu juga mengoptimalkan peran bhabinkamtibmas. Tentunya dengan berkolaborasi dengan Babinsa TNI di tingkat desa atau kelurahan.
“Polisi TNI bersama gugus tugas akan melakukan pendataan dengan terjun langsung ke masyarakat. Apabila ketemu, maka (perantau) kami minta untuk mengisolasi diri secara mandiri. Minimal 14 hari sesuai masa inkubasi virusnya,” katanya. (dwi/tif)