RADAR JOGJA – Pagebluk korona berdampak sepinya pengunjung ke Pasar Beringharjo, khususnya di lantai dua sisi tengah dan barat. Akibatnya, banyak pedagang yang memilih menutup tokonya karena praktis tidak ada pembeli.

“Sekarang mati nyet, nggak ada kegiatan. Semua pedagang akhirnya memilih tutup,” ujar Komunitas Beringharjo Ujun Junaedi saat dihubungi Radar Jogja, Rabu (25/3).

Ujun mengakui tutupnya sebagian toko dan kios di Pasar Beringharjo bukan berdasarkan imbauan, melainkan atas inisiatif pedagang. Ini karena tidak ada lagi penghasilan atau omzet yang masuk.

Mereka mengaku hingga Senin (23/3) lalu penurunan pengunjung mencapai 80 persen. Namun kini praktis tidak ada lagi yang datang. “Sudah 95 persen pedagang memilih menutup los mereka hingga Beringharjo lantai dua,” katanya.

Pertimbangan menutup los mereka karena harus membayar para karyawan, sementara tidak ada pemasukan sejak 21 Maret lalu. “Maka kami juga memutuskan menutup kios karena tidak ada kunjungan sama sekali,” jelas pedagang di lantai lantai dua ini.

Dia berharap ada regulasi atau kebijakan dari pemerintah untuk memperhatikan beban para pedagang. Misalnya seperti cicilan atau pinjaman bank, agar ada kompensasi untuk bulan-bulan musibah wabah itu.

“Kami nggak jualan, tapi cicilan tetap jalan. Ya kami ingin pemerintah ada langkah untuk menangguhkan beban kami dulu hingga waktu yang memungkinkan bisa mengangsur cicilan,”  harapnya.

Sementara itu Ketua Paguyuban Beringharjo Barat Bintoro masih membuka los pakaian yang berada di lantai bawah. Meski sepi, ia berusaha tetap buka untuk mencari keberuntungan pembeli dengan alasan tanggal merah. “Kalau rezeki kita nggak tahu sekalipun sepi. Kalau rezeki nggak ke mana,” katanya.

Diakui kini pengunjung yang masuk hanya sekitar 30 persen dari hari-hari biasa. Biasanya pengunjung masih terlihat dari luar kota Jogja.

Pihak pasar sendiri tetap mengutamakan proteksi pengunjung dengan menyediakan hand sanitizer, fasilitas wastafel untuk mencuci tangan, dan pengukur suhu tubuh. “Saya harap pemkot sesering mungkin menyemprotkan disinfektan di pasar karena itu salah satu proteksi dari kami,”  tambahnya.

Kepala Disperindag Kota Jogja Yunianto Dwi Sutono mengatakan, beberapa para pedagang yang menutup los pasar bukan merupakan imbaaun dari pihaknya. “Mereka sendiri yang nutup karena sepi,” katanya.

Para pedagang yang tutup yakni Beringharjo bagian tengah, barat, dan lantai dua karena memang sepi pengunjung. Sedang, bagian timur masih tetap buka, meski juga mengalami penurunan pengunjung.

“Beringharjo timur tetap buka karena memikirkan untuk kehidupan sehari-hari. Bahan pokok yang jual dan yang beli saling membutuhkan, tapi ini juga sudah berkurang pengunjungnya. Mulai sepi,” tambahnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap melakukan upaya untuk nenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di pasar dengan menyediakan wastafel untuk mencuci tangan dengan sabun, hand sanitizer. Bahkan hanya membuka satu pintu utama agar pengunjung bisa terpantau. “Pintu-pintu sirip sudah kami tutup,”  kata Yunianto. (wia/laz)