Geliat properti terus terjadi di Kabupaten Bantul. Di wilayah yang memiliki slogan Projotamansari tersebut, pertumbuhan properti terbilang tinggi.

Ada dua kecamatan yang mengalami pertumbuhan signifikan. Kecamatan Banguntapan dan Sewon masih menjadi pilihan favorit para pengembang. Saking favoritnya, harga tanah di dua wilayah penyangga kota ini relatif lebih mahal dibanding 15 kecamatan lain di Bantul.

“Karena letaknya strategis. Dekat dengan Kota Jogja,” jelas Kholis, seorang pengembang di Kabupaten Bantul saat dihubungi Selasa (9/1).

Rerata, kata Kholis, harga tanah di dua wilayah aglomerasi ini mencapai Rp 2 juta per meter. Bahkan, tak jarang ada yang mematok Rp 3 juta untuk setiap meter persegi.

Dia memberikan contoh harga tanah di wilayah Krapyak, Panggungharjo, Sewon. Tanah tersebut berada di dalam perkampungan.

Harga berbeda lagi jika tanah berada di pinggir jalan raya. Harganya lebih tinggi. Harganya bisa mencapai di atas Rp 5 juta per meter.

Kendati begitu, Kholis menekankan, nominal yang dipatok ini merupakan harga pasaran. Harga tersebut bukan berdasar nilai jual objek pajak (NJOP).

“Karena nilai NJOP jauh di bawah harga pasaran,” ucapnya.

Selain strategis, Kholis mencatat, Kecamatan Sewon dan Kecamatan Banguntapan memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Karena itu, tak mengherankan jika ada banyak kompleks bangunan berkonsep rumah toko (ruko) baru yang berdiri di dua wilayah ini.

“Rata-rata tanah yang dijual dijadikan hunian perumahan dan ruko,” ungkapnya.

Terpisah, Kasubid Pendaftaran dan Penetapan Badan Keuangan dan Aset Daerah Bantul Harmidarto mengungkapkan hal senada. Menurutnya, harga pasaran tanah di Kecamatan Sewon dan Banguntapan paling tinggi.

“Harganya berkali-kali lipat di atas NJOP,” tambahnya.

Bagaimana harga tanah di luar dua kecamatan ini? Kholis memprediksi harga jual tanah di beberapa kecamatan tertentu bakal mengalami kenaikan. Di antaranya, tanah yang berada di sekitar jalur jalan lintas selatan (JJLS). Wilayah itu meliputi Kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Kretek.

Harga tanah di sekitar proyek JJLS sudah mengalami kenaikan. “Sudah mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta lebih per meter,” sebutnya.

Kenaikan harga tanah yang terbilang tinggi juga terjadi di Kecamatan Pajangan. Kendati begitu, Kholis mengungkapkan, harga tanah di Desa Guwasari termasuk paling ekstrem mengalami kenaikan. Ini karena ada rencana pembangunan Kampus II Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Beberapa tahun lalu tercatat harga tanah di Desa Guwasari berkisar ratusan ribu rupiah per meter persegi. Sejak beberaap waktu terakhir, harga tanahg di desa tersebut mengalami lonjakan.

“Yang semula hanya ratusan ribu rupiah, sekarang sudah di atas Rp 1 juta,” bebernya. (zam/amd/sam/mg1)