Rongga di Bawah Tanah Karst Gunungkidul

GUNUNGKIDUL –Fenomena alam berupa tanah amblas sering terjadi di wilayah Gunungkidul belakangan ini. Lahan pertanian amblong membentuk kubangan dengan diameter besar. Fenomena ini bahkan terjadi di Desa Bedoyo, Ponjong, yang notabene merupakan bentangan kars. Di kawasan ini terdapat empat titik lokasi amblas. Dua lokasi di Padukuhan Pringluwang, serta masing-masing satu lokasi di Surubendo dan Bulak Songjembul.

Ahli geologi Universitas Gajah Mada (UGM) Wahyu Wilopo menyatakan, tanah amblas bukanlah kejadian aneh karena bisa dijelaskan secara ilmiah. Fenomena inilah yang dikenal dengan sebutan sinkhole. Menurutnya, rongga di bawah tanah tergerus karena terdorong beban air yang berat akibat curah hujan tinggi. Peristiwa alam itulah yang menyebabkan terjadinya kubangan di atas tanah. “Kalau ada cekungan, air akan berkumpul di situ,” jelasnya Selasa (6/1). Membuat saluran drainase yang baik, menurut Wahyu, menjadi solusi sederhana untuk mencegah air tak tertampung di cekungan atau wilayah rendah.

Dikatakan, daerah berpotensi tanah amblas membentuk kubangan ada di zona tengah dan selatan. Wilayah ini terdeteksi sebagai tanah gamping atau karst yang memiliki banyak rongga, sehingga air mudah meresap masuk.

Lebih lanjut Wahyu menjelaskan, daerah batu gamping yang mengalami karstifikasi cenderung berpotensi amblas karena proses pelarutan yang membentuk gua atau sungai bawah tanah. Jika erosi di dalam gua atau sungai bawah tanah berlangsung secara terus-menerus, ditambah beban di atas permukaannya, maka bisa terjadi amblasan (sinkhole). “Masyarakat yang tinggal di daerah karst harus selalu waspada akan ancaman bencana ini,” jelasnya. Menurut Wahyu, terjadinya sinkhole diawali adanya retakan melingkar dan terbentuk cekungan.

Fenomena tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Wahyu untuk menindaklanjutinya dengan memetakan kawasan bawah tanah. Hal ini guna mengetahui area mana saja yang di bawahnya terdapat lubang, gua, atau sungai bawah tanah. “Bisa diketahui dengan menggunakan alat Paksi Georadar atau Seismik,” ungkapnya.

Sementara mengenai sinkhole di Bedoyo telah dilaporkan ke kepolisian setempat. Kades Bedoyo Supanto mengakui fenomena ini bukan hal baru di wilayahnya. Meskipun cukup merisaukan masyarakat. “Terjadi dalam dua tahun terakhir. Sejauh ini lubang kami diamkan dan tak muncul masalah lain,” katanya.

Salah seorang pemilik lahan yang berlubang, Suyatmi, mengatakan, gejala tanah amblas terlihat sejak akhir tahun lalu. Pada November 2017 luasan tanah amblas berdiameter sekitar lima meter dan kedalaman dua meter. Saat ini diameternya semakin lebar menjadi 10 meter dengan kedalaman lima meter.

“Dampaknya hanya penurunan hasil panen. Tanaman kacang hilang ditelan bumi,” ucapnya. (gun/yog/ong)