MUJINAH awalnya tak menyadari telah terserang diabetes mellitus. Keluarga perempuan 63 tahun itu memang punya riwayat diabetes dari garis ibunya. Ketika itu dia tak merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Hanya nafsu makan yang menurun. Mujinah juga sering haus dan berasa ingin kencing. “Setelah dicek dokter ternyata kadar gula darah saya sampai 600,” ungkap warga Prancak Dukuh, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Didiagnosis menderita diabetes tak lantas membuat Mujinah patah arang. Dia juga tetap berpuasa setiap Ramadan. Selain rutin cek kesehatan, Mujinah punya resep khusus tetap sehat berpuasa Ramadan. Pola makan teratur saja belum cukup. Membatasi makan dan minum manis sudah pasti. Selain itu, Mujinah membiasakan diri makan nasi aking (nasi sisa). Jika tak ada nasi aking, Mujinah makan nasi jagung atau nasi merah. Untuk rasa manis, dia memakai gula jagung. Dia juga rajin suntik insulin sebelum makan dan minum obat sesuai anjuran dokter. “Jika minum manis, saya campur air putih banyak,” ungkap perempuan yang aktif olahraga senam lansia itu.
Hal senada disampaikan Jumirah,58 yang juga tetangga Mujinah. Jumirah terdeteksi mengidap diabetes usai menjalani operasi saluran empedu. Ketika itu kadar gulanya mencapai 700. Untuk menjaga kesehatan, upaya Jumirah bisa dibilang lebih ekstrem dibanding yang dilakukan Mujinah. “Saya diet sehat dan makan tanpa rasa, serta menghindari gorengan,” ungkapnya.
Apa yang dilakukannya telah menjadi keharusan. Apalagi akibat diabetes jari tengah kaki kanannya harus diamputasi.
Jumirah juga tetap berpuasa selama Ramadan. Untuk menghindari konsumsi gula tanpa sengaja, Jumirah tak pernah jajan sembarangan. Dia selalu membuat menu sendiri untuk makan. Dengan begitu, dia bisa mengontrol jenis makanan maupun bumbu-bumbunya. (cr6/yog/mg1)