SLEMAN – Pernyataan Ketua DPW PAN DIJ Nazaruddin yang menyebut kontrak politik partainya dengan Sri Muslimatun menjadi wakil bupati Sleman dan bukan sebagai bupati menyulut reaksi elite Partai NasDem DIJ.

Ketua DPW Partai NasDem DIJ Subardi balik membeberkan perjodohan politik antara Sri Purnomo (SP) dengan Muslimatun tiga tahun silam. SP didukung PAN dan Muslimatun disokong Partai NasDem. Pasangan SP-Muslimatun kemudian memenangkan Pilkada 9 Desember 2015.

“Rekomendasi yang diterima SP itu tanpa embel-embel mahar politik,” ungkap Subardi di depan peserta Rakerda DPD Partai NasDem Sleman di gedung DPRD Sleman Minggu (27/5).

“Rekomendasi itu gratis, tidak serupiah pun ada yang diterima NasDem dari SP,” lanjutnya.

Bahkan untuk urusan akomodasi, partainya menanggung semua yang diperlukan pasangan calon. Sejak awal NasDem berkomitmen tidak menerima atau meminta sesuatu dari pasangan calon.

“Biaya tiket pesawat atau jajan di restoran sekalipun, saya wanti-wanti harus dibiayai sendiri. Jangan sampai ditraktir oleh calon. Ini pesan saya kepada ketua DPD Partai NasDem Sleman,” cerita Subardi sambil menunjuk ke arah Ketua DPD Partai NasDem Sleman Surana yang duduk di sampingnya. Surana tampak manthuk-manthuk seperti mengiyakan semua yang disampaikan Subardi.

Ketua DPW Partai NasDem DIJ menegaskan, partainya ingin membangun kultur politik yang sehat dalam pilkada. Dalam memenangkan pilkada, komunikasi politik antara partainya dengan SP adalah membangun komitmen politik. Ada beberapa hal yang disepakati partainya dengan SP.

Surana membeberkan sejumlah komitmen tersebut. Di antaranya, setelah dilantik, SP bersedia memberikan ruang yang luas untuk Muslimatun. NasDem meminta agar ruang gerak Muslimatun turun ke bawah tidak dibatasi.

Dengan begitu, wakil bupati yang pernah menjadi anggota DPRD Sleman dari Fraksi PDI Perjuangan itu dapat setiap saat bertemu dengan masyarakat. “Komitmen itu sejauh ini dijaga oleh SP. Kami apresiasi atas komitmen tersebut,” ungkapnya.

Komitmen lainnya adalah kesiapan SP mengantarkan Muslimatun menjadi bupati Sleman. Menurut Surana, usai kepemimpinan periode keduanya berakhir, SP bersedia mengawal proses suksesi dari dirinya ke Muslimatun. “Komitmen itu akan kami ingatkan terus,” ucap Surana.

Anggota Komisi B DPRD Sleman ini mengaku agak terkejut ketika muncul upaya mendorong Kustini, istri SP menjadi calon bupati menggantikan SP. Apalagi Ketua DPW PAN DIJ Nazaruddin secara terbuka menyebut Kustini merupakan salah satu kader terbaik partainya. Dia ikut disiapkan sebagai calon pemimpin Sleman mendatang.

Rasa penasaran Surana bertambah saat Nazaruddin mensyaratkan jika ingin maju sebagai bupati, Muslimatun harus menjadi anggota PAN. Ditegaskan, saat ini Muslimatun adalah kader Partai NasDem.

Partainya, tegas Surana, akan mengajukan sendiri Muslimatun sebagai bupati. Hasil Pemilu 2019 akan menjadi tolok ukur bagi Partai NasDem menghadapi pilkada mendatang. “Kita lihat hasil pemilu dulu,” kata dia. (*/kus/iwa/mg1)