Yanatun Yunadiana

BANTUL – Kerja keras Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul membuahkan hasil. Salah satu indikatornya adalah tercapainya Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ya, program yang bertujuan untuk menurunkan penularan penyakit berbasis lingkungan di Kabupaten Bantul hampir mencapai target akhir. Yakni, deklarasi lima pilar STBM. Dinkes tahun ini menargetkan 27 puskesmas se-Bantul dapat menggandeng minimal satu desa untuk dideklarasikan sebagai desa STBM.

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Bantul Yanatun Yunadiana menyebutkan ada lima pilar utama STBM. Yaitu, stop buang air besar sembarangan (BABS), cuci tangan pakai air sabun dan air mengalir, pengamanan air minum dan makanan serta pengamanan sampah rumah tangga. Juga, pengamanan limbah cair rumah tangga. Sebagian pilar utama ini tinggal menunggu monitoring dan evaluasi (monev).”Yang sekarang kami kejar pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga,” jelas Yanatun di ruang kerjanya Senin (4/6).

Kendati hampir mencapai target, Yanatun mengungkapkan, bukan perkara gampang untuk menggulirkan STBM. Dalam rangkaian STBM ada empat proses. Yaitu, sosialisasi, pemicuan, deklarasi dan monev. Nah, proses pemicuan yang kerap membuat kelabakan. Proses pemicuan pilar stop BABS, misalnya. Tak sedikit pegawai dinkes yang hampir putus asa. Penyebabnya, sebagian warga keukeuh BAB di sungai. Padahal, di antara mereka merupakan keluarga mampu. Sementara pegawai tak henti-hentinya melakukan pemicuan. Saking seriusnya, pegawai ini mengetahui persis kapan warga BAB di sungai. Nama dan alamat warga juga dicatat.
“Foto-foto dokumentasi BAB di sungai juga punya,” ucapnya.

Selain mengampanyekan stop BABS, kata Yanatun, pegawai dinkes juga mengajak warga membangun jamban sehat permanen (JSP). Sebab, STBM menekankan pada perubahan perilaku masyarakat. Kendati begitu, ajakan ini secara berlahan juga disampaikan kepada warga lainnya. Terutama yang sudah memiliki jamban. Mengingat, masih ada warga yang memiliki jamban sehat semi permanen (JSSP).
“Untuk akses jamban di Bantul sudah mencapai 100 persen sejak November 2017, sehingga pilar stop BABS juga sudah dideklarasikan,” ungkapnya.
Terkait pilar pengamanan air minum dan makanan, Yanatun memastikan akses air minum di Kabupaten Bantul telah mencapai 98 persen. Tingginya akses di antaranya karena masifnya Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Juga, program hampir serupa yang digulirkan pemrpov dan pemkab.
“Kami juga rutin mengambil sampel air sumur untuk memantau kualitas air. Tiap tahun sekitar 300 sumur,” sebutnya.

Dikatakan, capaian pilar pengamanan sampah rumah tangga juga menggembirakan. Yanatun mengungkapkan, keberhasilan ini tak terlepas dari peran Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Berkat peran DLH, tidak sedikit tumbuh komunitas maupun jejaring pengelola sampah mandiri di tengah masyarakat.
“Puskesmas bertugas melakukan pembinaan untuk merubah perilaku,” tuturnya.
Lalu, bagaimana dengan pengamanan limbah cair rumah tangga? Menurutnya, kualitas air tanah berangsung membaik. Hingga sekarang dinkes mencatat kualitas air di Bumi Projotamansari yang masih di bawah standar masih berada di angka 70 persen. Buruknya kualitas air ini karena sejumlah faktor. Di antaranya, tercemar bakteri E-Coli, dan kandungan mineral.
“Sebelumnya di atas 70 persen,” sebutnya.
Kendati begitu, Yanatun optimistis kualitas air bakal terus meningkat. Sebab, pemkab gencar membangun ipal komunal. Setidaknya hingga sekarang telah terbangun 128 ipal komunal di seluruh wiyalah Bantul. Ini bertujuan agar limbah cair rumah tangga dibuang di ipal komunal. Dengan begitu, bakteri E-Coli yang terserap di tanah berkurang.
“Seluruh limbah rumah tangga yang dilalui pipa ipal Balai Pisamp (pengelolaan infrastruktur sanitasi dan air minum) juga dialirkan ke situ,” tambahnya. (**/zam/mg1)