SLEMAN-Melonjaknya harga telor di pasaran saat ini diprediksi akan berlangsung hingga September mendatang. Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Heru Saptomo menyebutkan, kenaikan ini tidak lepas dari banyaknya permintaan di masyarakat yang tinggi.

Kondisi ini juga dipicu peningkatan harga daging, baik ayam, kambing, maupun sapi yang juga cukup tinggi. Jadi masyarakat memilih sumber protein lain yang lebih murah, yaitu telur. Sementara itu untuk ternak saat ini dari hulu hingga hilir dikuasai swasta. “Sehingga posisi tawar peternak sangat tergantung pada swasta,” kata Heru.

Pihaknya akan melakukan dialog dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) guna membahas langkah untuk penstabilan harga pangan. Salah satu yang akan diusulkan adalah dengan melakukan operasi pasar. Saat ini, harga telor di Sleman 28.000 per kilogram.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Tri Endah Yitnani menyebut pihaknya tidak bisa mengintervensi harga telur.

Konsekuensinya jika pasokan rendet dan permintaan tetap, harga akan naik.
Berdasarkan pantauannya, saat ini produksi telur di Sleman menurun sekitar 20 persen. Namun, dia berdalih jumlah telur di Sleman jika untuk konsumsi harian sudah cukup. “Kalau sekarang kan banyak yang bikin hajatan jadi kebutuhannya banyak, tapi kalau untuk harian sebenarnya bisa dikendalikan,” dalihnya.

Di Kulonprogo, melonjaknya harga telor dan daging, khususnya ayam ini disebabkan banyaknya permintaan. Bulan syawal merupakan hari baik yang banyak digunakan masyarakat untuk menggelar hajatan pernikahan. Salah satu pedagang telur di Pasar Wates, Kulonprogo Rawi mengatakan, harga telur naik sejak Lebaran. enaikan harga hampir terjadi setiap hari dengan kisaran Rp 1.000 rupiah per butir. “Saat ini harganya Rp 27 ribu per kilogram,’’ujarnya Kamis (12/7).

Menurutnya, telur pecah saja ada yang mau membeli, kendati stoknya tidak selalu ada karena telur afkiran. “Harga telur pecah lebih murah, Rp10 ribu bisa dapat telur 10 butir, Hampir separoh lebih murah. Biasanya ya dikonsumsi sendiri, diceplok,” ujarnya.

Pedagang daging ayam, Darti mengungkapkan hal senada, kenaikan harga daging ayam sudah terjadi sejak Idulfitri. Kenaikan harga berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram. “Empat hari terakhir kenaikannya mencapai Rp 2000 per kilogram. Harga saat ini Rp 39 ribu per kilogram,’’ ungkapnya. (har/tom/din/fn)