Erupsi Tidak akan Besar
JOGJA – Keberadaan kubah lava baru terus diawasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta. Salah satu yang cukup menjadi perhatian munculnya awan panas.
“Ancamannya ya adanya awan panas dengan erupsi yang sifatnya efusif,”ujar kepala BPPTKG Jogjakarta Hanik Numaida, Minggu (19/8).
Dengan adanya pertumbuhan kubah lava itu indicator magma muncul ke permukaan. “Sehingga pertumbuhan dan kestabilan kubah lava akan kami pantau terus,” tambahnya.
Kubah lava yang diprediksi terbentuk 11 Agustus ini muncul diatas kubah lava 2010. Berdasarkan pendataan terakhir, kubah tersebut memiliki perkiraan panjang 55 meter, lebar 25 meter dengan ketinggian lima meter.
Untuk mendeteksi pertumbuhan, BPPTKG terus memantau aktivitas kegempaan. Hanik mengungkapkan transmitter akan mencatat adanya gempa terutama kawasan puncak Gunung Merapi.
Terkait jenis erupsi efusif memiliki karakter berbeda dari erupsi Merapi 2010. Itu guna menjawab kecemasan dan ketakutan warga atas erupsi besar. Karakter efusif tercatat pernah terjadi saat erupsi Merapi pada2002 dan 2006.
Menurut dia erupsi 2010 itu bersifat eksplosif dengan pembentukan kubah lava cenderung cepat, karena langsung ditekan keluarnya magma. “Kalau efusif terjadi karena pembentukan kubah lava, jadi berbeda,” ujarnya.
Munculnya kubah lava itu pula yang membuat status Gunung Merapi sejak 1 Juni lalu dipertahankan dalam Status Waspada. Berdasarkan catatan BPPTKG, terjadi beberapa kali letusan freatik. Dari pola inilah terbaca bahwa pola erupsi diprediksi efutif. Sehingga bisa dipastikan laju pola magma sesuai dan tetap dalam status Waspada.
“Masih level II, kenaikan ke tingkat selanjutnya masih belum dilakukan karena kegempaan tidak terlalu signifikan,” ungkapnya.
Karena itu warga yang berada di Kawasan Rawan Bencana III diminta meningkatkan kewaspadaan dan tidak beraktivitas radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Jogjakarta Agus Budi Santosa juga berani memastikan erupsi tidak berlangsung massif. Terlebih material telah keluar dalam jumlah besar saat erupsi Merapi 2010. Hanya saja dalam beberapa kasus, erupsi efutif tetap diiringi letupan kecil namun tidak membahayakan.
“(Erupsi) Tidak akan besar karena sudah gembos, terlebih keluarnya (magma) secara efusif. Terkait letupan, berdasarkan catatan terdahulu memang ada tapi jarang terjadi. Potensi membahayakan juga kecil,” katanya. (dwi/pra/mg1)