JOGJA- Kontestasi Pemilu 2019 yang makin memanas diharapkan bisa diredam. Salah satunya adalah peran dari kalangan pesantren sebagai motor penggerak. Perpecahan dan permusuhan akibat perbedaan pilihan hanya merugikan masyarakat.
Rois Syuriah PWNU DIJ KH Mas’ud Masduki berharap agar proses Pemilu 2019 tidak memecah belah bangsa. Masyarakat diminta lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. “Jangan saling menggunjing, tidak perlu menghujat satu sama lain. Kedepankan akhlakul karimah dan jangan merendahkan kelompok lain,” katanya Kamis (8/11).
Proses Pemilu, kata Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Robithoh Ngemplak itu, merupakan ujian bagi rakyat Indonesia untuk menjaga ukhuwah wathaniyah atau persatuan bangsa. Rakyat Indonesia diminta untuk saling menghargai setiap perbedaan politik karena kemajemukan suku, ras, agama dan antargolongan, saat ini merupakan nikmat hal yang perlu disyukuri. “NKRI Negara besar. Itu harus disyukuri. Jangan dirusak dengan suasana yang tidak kondusif,” kata Gus Uud sapaannya.
Gus Uud juga mendukung seruan dari Kementerian Agama Jogja agar masjid-masjid tidak dijadikan tempat masuknya kepentingan politik praktis dan pragmatis. Menurut dia masjid tetap menjadi penyangga dan sarana pemberdayaan umat. “Jangan dijadikan tempat untuk politik praktis yang hanya memecah belah umat,” pesannya.
Sebelumnya, Kasubag TU Kemenag Jogja Abdul Suud mengatakan Kemenag sudah memprediksi isu keagamaan akan diangkat kontestan Pemilu. Kemenag sudah mengantisipasi dengan menghimbau agar para takmir masjid dan penyuluh di lapangan agar masjid tidak dijadikan wahana politik praktis dan pragmatis.
” Takmir masjid juga selalu diingatkan untuk selektif memilih khatib. Jika dirasa ceramahnya menimbulkan gejolak, kami minta untuk diganti agar kerukunan tetap terjaga,” kata Suud. (sky/pra/by/mg3)